Laman

Jumat, 29 November 2013

Renungkan: Umurmu yang Berkurang



Tidak ada awal dan akhir tahun, 
yang ada hanyalah umur yang semakin berkurang. 
Mengapa kita selalu berpikir bahwa umur kita bertambah,
 namun tidak memikirkan ajal semakin dekat? 


Benar kata Al Hasan Al Bashri, seorang tabi’in terkemuka yang menasehati kita agar bisa merenungkan bahwa semakin bertambah tahun, semakin bertambah hari, itu berarti berkurangnya umur kita setiap saat.

Hasan Al Bashri mengatakan,

ابن آدم إنما أنت أيام كلما ذهب يوم ذهب بعضك

“Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu.” (Hilyatul Awliya’, 2: 148)

Al Hasan Al Bashri juga pernah berkata,

لم يزل الليلُ والنهار سريعين في نقص الأعمار ، وتقريبِ الآجال

“Malam dan siang akan terus berlalu dengan cepat dan umur pun berkurang, ajal (kematian) pun semakin dekat.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 383).

Semisal perkataan Al Hasan Al Bashri juga dikatakan oleh Al Fudhail bin ‘Iyadh. Beliau rahimahullah berkata pada seseorang, “Berapa umurmu sampai saat ini?” “Enam puluh tahun”, jawabnya. Fudhail berkata, “Itu berarti setelah 60 tahun, engkau akan menghadap Rabbmu.” Pria itu berkata, “Inna lillah wa inna ilaihi rooji’un.” “Apa engkau tidak memahami maksud kalimat itu?”, tanya Fudhail. Lantas Fudhail berkata, “Maksud perkataanmu tadi adalah sesungguhnya kita adalah hamba yang akan kembali pada Allah. Siapa yang yakin dia adalah hamba Allah, maka ia pasti akan kembali pada-Nya. Jadi pada Allah-lah tempat terakhir kita kembali. Jika tahu kita akan kembali pada Allah, maka pasti kita akan ditanya. Kalau tahu kita akan ditanya, maka siapkanlah jawaban untuk pertanyaan tersebut.” Lihat percakapan Fudhail ini dalam Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 383.


Jadi sungguh keliru, jika sebagian kita malah merayakan ulang tahun karena kita merasa telah bertambahnya umur. Seharusnya yang kita rasakan adalah umur kita semakin berkurang, lalu kita renungkan bagaimanakah amal kita selama hidup ini?


Bukankah yang Islam ajarkan kita jangan hanya menunggu waktu, namun beramallah demi persiapan bekal untuk akhirat. Ibnu ‘Umar pernah berkata,

إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ

“Jika engkau berada di sore hari, maka janganlah menunggu waktu pagi. Jika engkau berada di waktu pagi, janganlah menunggu sore. Isilah waktu sehatmu sebelum datang sakitmu, dan isilah masa hidupmu sebelum datang matimu.”
(HR. Bukhari no. 6416). 

Hadits ini mengajarkan untuk tidak panjang angan-angan, bahwa hidup kita tidak lama.


‘Aun bin ‘Abdullah berkata, “Sikapilah bahwa besok adalah ajalmu. 
Begitu banyak orang yang menemui hari besok, ia malah tidak bisa menyempurnakannya. 
Begitu banyak orang yang berangan-angan panjang umur, ia pun tidak bisa menemui hari esok.
Seharusnya ketika engkau mengingat kematian, engkau akan benci terhadap sikap panjang angan-angan.” ‘Aun juga berkata,

إنَّ من أنفع أيام المؤمن له في الدنيا ما ظن أنَّه لا يدرك آخره

“Sesungguhnya hari yang bermanfaat bagi seorang mukmin di dunia adalah ia merasa bahwa hari besok sulit ia temui.”  [Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 385.]


Di Balik Menunggu Pergantian Tahun

Setelah kita merenungkan berbagai nasehat di atas, moga yang berhati lembut bisa sadar bahwa waktu itu begitu berharga walau 1 detik saja. Namun cobalah lihatlah perayaan awal tahun yang dilakukan kaum muslimin saat ini, sungguh menyia-nyiakan waktu dan umurnya sendiri. Kadang yang wajib seperti shalat ditinggalkan hanya karena bela-belain menunggu pergantian waktu. Kadang pula di awal tahun malah diisi dengan maksiat dan penghamburan harta. Seharusnya yang dipikirkan adalah bukannya datangnya pergantian tahun atau bertambahnya umur. Yang mesti dipikirkan adalam umur kita senyatanya semakin berkurang, sehingga seharusnya amal sholih yang harus kita tingkatkan. Inilah yang lebih urgent.

Intinya, perayaan tahun baru punya berbagai sisi kerusakan di antaranya:

1- Merayakan perayaan non-muslim karena perayaan ini tidak pernah ada dalam Islam.

2- Mengikuti budaya orang kafir.

3- Berbagai maksiat dan bid’ah yang muncul saat perayaan tahun baru.

4- Meremehkan shalat lima waktu karena sibuk begadang.

5- Begadang untuk menunggu pergantian tahun pun sia-sia.

6- Seringnya mengganggu kaum muslim dengan petasan dan semacamnya.

7- Meniru perbuatan setan dengan bersikap boros.

source: Rumaysho.com

Rabu, 27 November 2013

Kejujuran Tak Akan Melukai Siapapun .....



Bismillah.

"Kejujuran tak akan melukai siapapun; 

sementara kebohongan hanya melukai si pelaku kebohongan."

---------------------------------------------------------------------

Perkataan Ibnul Jauzi Rahimahullah… seorang ulama yang dilahirkan
pada tahun 510H…. dalam bukunya Shaidul Khatir:

"“Terkadang muncul kesadaran ketika seseorang tengah mendengarkan nasehat,
 namun ketika ia sudah berpisah dari majlis ilmu tersebut, 
kerasnya hati dan kelalaianpun muncul kembali."


Dan aku perhatikan orang-orang berbeda dalam masalah ini :

Kondisi umumnya orang-orang, bahwa saat mendengar nasehat ketika berada dalam majlis ilmu dan seusai mendengar nasehat, hati tidak mempunyai sifat kesadaran yang sama dikarenakan dua sebab :


Pertama : bahwa nasehat itu bagaikan cambuk.

Dan cambuk sendiri setelah masa reaksinya habis tidak lagi menyakitkan seperti halnya rasa sakit kala cambuk itu dipukulkan.


Kedua : dalam kondisi tengah mendengarkan nasehat, seseorang menyingkirkan penyakit hatinya saat itu.
Dia kosongkan badan dan pikirannya dari berbagai tendensi duniawi dan dia mendengarkan dengan seksama sepenuh hati.

Namun kala dia kembali pada kesibukannya, dia pun terjerat virus yang bersarang dalam aktifitas dunianya.

Maka bagaimana mungkin kondisi hatinya menjadi seperti kondisi sebelumnya (yakni saat tengah mendengarkan nasehat).

Kondisi ini berlaku umum bagi semua orang.
Hanya saja orang-orang yang punya kesadaran yang berbeda-beda dalam hal sejauh mana pengaruh tersebut terus tetap membekas (dalam dirinya).

Diantara mereka ada yang mempunyai tekad bulat tanpa ada keraguan. Dia terus melenggang tanpa menoleh.
Andaikan tabiat jiwa menghentikan langkah mereka, pastilah mereka meradang.

Diantara mereka adapula orang-orang yang tabiat mereka sesekali condong kepada kelalaian.

Dan nasehat-nasehat tadi kadang bisa memotivasi mereka untuk beramal. 

Maka mereka ini bagaikan bulir padi yang diombang-ombingkan angin.


Ada lagi orang-orang yang mana nasehat tidak berpengaruh

pada mereka kecuali sebatas apa yang dia dengar,

seperti halnya air yang engkau gulirkan diatas batu yang halus.”



(Dikutip dari buku Shaidul Khatir : Untaian Renungan Hikmah Pembangkit Energi Takwa karangan Ibnul Jauzi, halaman 3-4)


Jumat, 22 November 2013

Belajar Dari Jam Dinding....



Dilihat orang atau tidak, ia tetap berdenting.
Dihargai orang atau tidak, ia tetap berputar.

Walau tak seorangpun mengucapkan terima kasih,
ia tetap Bekerja.
Setiap jam, setiap menit, bahkan setiap detik.

Hidup ini banyak pilihan namun Hidup ini pun sangat singkat...
Maka segera tentukan dan pilihlah prioritas hidup kita.

Jangan sia-siakan hidup kita
agar hidup kita lebih bermanfaat bagi orang lain.

Dan teruslah berbuat baik kepada sesama
meskipun perbuatan baik kita tidak dinilai dan diperhatikan oleh orang lain.

Ibarat Jam Dinding yang terus bekerja,
walaupun tak dilihat namun senantiasa memberi manfaat bagi orang sekitarnya..




by ust Hizbul Majid al Jawi

Rabu, 20 November 2013

Wanita .....





Wanita yang baik agamanya,

ketika ia memiliki kedudukan tinggi dan nasab yang mulia,

ia tidak menghina orang lain. 


Ia justru menjadi wanita yang mulia

dan menggunakan kedudukannya untuk membela kebenaran.


Wanita yang baik agamanya,

ketika ia cantik, ia tidak membuat suaminya resah. 
Ia justru menjadi penghibur hati 

dan penyejuk mata bagi suaminya tercinta



Kamis, 14 November 2013

Problema Anak Berbohong .....




Seorang ibu merasa kewalahan menghadapi puteranya yang berusia 9 tahun yang suka berbohong. 
Sang anak sering sekali berbohong bahkan untuk hal-hal kecil sekalipun. 
Ia berbohong tentang nilai ulangan hariannya,
 ia berbohong tentang siapa yang memecahkan pot bunga saat bermain bola,
 ia berbohong saat hendak pamit les, dan lain sebagainya. 


Sang ibu merasa sudah mengajarkan nilai kejujuran pada anaknya,
 bahkan sering memarahinya jika ketahuan bohong,
 tapi tidak nampak tanda-tanda anak ini mau berubah. Lalu, harus bagaimana?


Tidak diragukan lagi bahwa berbohong adalah sebuah perilaku tercela yang bisa menjadi kebiasaan apabila tidak ditangani sedini mungkin. Para pendidik, khususnya orang tua harus mencurahkan perhatian dan melakukan upaya-upaya perbaikan dari kebiasaan berbohong ini agar tidak menjadi kebiasan buruk yang mengakar kuat dalam diri seorang anak.


Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan menghantarkan ke dalam surga. Tidaklah seseorang berbuat jujur hingga Allah mencatatnya sebagai orang yang selalu jujur. Dan berbohong itu membawa kepada kejelekan, dan kejelekan itu menghantarkan ke dalam neraka. Sungguh seseorang terbiasa bohong hingga Allah mencatatnya sebagai seorang pembohong.”
(HR. Bukhari No. 6094, Muslim No. 2607)


Anak-anak memang tidak dilahirkan dengan kode moral. 
Moralitas adalah sesuatu yang dipelajari oleh seorang anak dalam tumbuh kembangnya secara bertahap dari tahun ke tahun. 
Dan perilaku berbohong adalah salah satu dari tahapan tersebut.


Dalam tumbuh kembangnya, anak-anak belajar tentang aturan-aturan sosial. 
Mereka belajar bahwa dalam kehidupan ini ada yang dinamakan khayalan, kebohongan, dan kenyataan. Dan umumnya, perilaku berbohong ini muncul dalam diri anak ketika ia mulai bisa bicara.


Rentang usia 4 sampai 9 tahun, anak-anak masih banyak hidup dengan khayalan-khayalan mereka. 
Mereka belum bisa membedakan yang mana khayalan dan mana kenyataan. 
Mereka sering beranggapan bahwa binatang bisa bicara layaknya manusia,
mereka mengira bahwa hantu dan monster itu benar-benar ada,
mereka yakin bahwa kartun-kartun animasi itu benar-benar hidup dan menjadi teman mereka. 
Dan sering kali mereka menempatkan diri mereka menjadi bagian dari khayalan tersebut.


Setelah usia 9 tahun, anak-anak mulai memahami aturan “tidak boleh berbohong”
Mereka mulai memahami bahwa sesuatu yang bukan sebenarnya itu berarti berbohong. 
Namun mereka masih memilah dan memilih, atau mempertimbangkan kapan mereka bisa berbohong atau tidak. 
Dalam artian, mereka belum benar-benar faham bahwa berbohong itu tercela. 
Karena ada kebutuhan lain yang lebih penting bagi mereka, yaitu kebutuhan untuk diterima dengan baik oleh suatu kelompok sosial tertentu.


Alasan Mengapa Anak Berbohong

Berikut ini ada beberapa alasan mengapa anak-anak berbohong :

1. Contoh yang salah dari orang tua

Anak-anak adalah peniru yang sangat baik. Mereka meniru segala hal yang dilakukan oleh orang tua atau orang-orang dewasa di sekitarnya, termasuk berbohong.

Ya, anak-anak belajar berbohong pertama kali dari orang tuanya. Disadari atau tidak, orang tua seringkali memberikan contoh yang salah dalam perilaku berbohong ini, sehingga anak-anak menirunya di kemudian hari.

Contoh kecil, saat seorang ibu ingin mengalihkan perhatian anakknya atau menghentikan tangis anaknya, ibu itu berkata, “Eh, lihat itu ada cicak!” atau “Eh, lihat ada pesawat terbang!”. Padahal sesungguhnya tidak ada cicak atau pesawat terbang disana.

Contoh lagi, saat ada tamu atau telpon, sedangkan ibu atau ayah sedang menghindari orang yang bertamu atau telpon tersebut, ibu akan mengatakan, “Bilang saja ibu nggak ada di rumah…”. Padahal ibu jelas-jelas ada di rumah.


Atau, saat hendak mengajarkan anak berpisah dari orang tua saat di sekolah, ibu berjanji pada anaknya yang belum mau ditinggal untuk menunggu di luar kelas. 
Tapi, ternyata setelah anak masuk, sang ibu pergi untuk pulang hingga datang kembali untuk menjemput sang anak.


Kita sebagai orang tua ada role model utama bagi anak-anak kita. Karena kitalah yang paling sering berada di dekat mereka. 
Jadi kita harus berhati-hati tentang masalah berbohong ini. Jika kita sering berbohong, maka jangan salahkan anak bila kelak mereka ikut berbohong.
 Namun, bila kita membiasakan anak untuk jujur sejak kecil, maka insyaallah anak-anak pun akan menjadi anak yang jujur dan mudah untuk diarahkan.


2. Anak terlalu sering dikritik, tetapi jarang diberi pujian

Sering kali kita terburu-buru mengecap anak kita berbohong, mencurigainya, mengkritiknya, padahal anak berkata jujur. 
Dan kita akan langsung memberikan label “pembohong” ketika anak pernah sekali berbohong pada kita. Sehingga pada akhirnya, anak pun mengambil kesimpulan bahwa “bohong atau jujur sama saja, ibu akan tetap bilang aku ini pembohong”.

Dan kita juga lebih sering mengeluarkan kalimat-kalimat negatif pada anak, alih-alih memberinya semangat dan dorongan untuk selalu berbuat baik. 
Kita lebih sering mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan anak, mengecilkan hati anak, memberikan julukan yang negatif, dan lain sebagainya sebagai bentuk dari “kekerasan verbal” terhadap seorang anak.


Contohnya, kita masih sering terpatok pada “hasil akhir” dan bukannya “usaha” dari seorang anak. 
Kita akan mengkritik, “Hitungan mudah begini saja kamu nggak bisa” atau “sudah sering kamu diajari wudhu tapi masih saja nggak bisa wudhu yang benar!” dan yang semisal dengan itu.


Anak-anak yang terlalu sering mendapatkan kritikan dari orang tuanya, akhirnya menjadi haus pujian. Mereka akan melakukan segala cara untuk membuat orang tuanya mau memujinya. Salah satunya adalah berbohong. 
Dengan berbohong, mereka beranggapan bahwa mereka bisa menyelamatkan diri dari “omelan ibu” dan akan mendapatkan “pujian ibu”.


3. Bentuk pengalihan perhatian atau menghindari hukuman

Suatu ketika, saya pernah menegur keras putri saya yang baru berusia 3 tahun karena suatu hal. 
Saat saya memarahinya, putri saya tiba-tiba mengatakan pada saya, “Bunda, sakit perut…”. Dan akhirnya saya pun tidak marah lagi dan kemudian menyuruhnya untuk segera ke kamar mandi.
 Rupanya, putri saya ini merekam kejadian hari itu. Mungkin dalam benaknya, kalau bunda marah-marah aku bilang sakit perut, bunda jadi nggak marah. Dan esok harinya, saat saya menegurnya lagi karena hal yang lain, ia pun mengatakan hal yang sama, “Bunda, sakit perut…” padahal ternyata tidak keluar. Dan itu terjadi beberapa kali, sampai kemudian saya baru sadar bahwa “sakit perut” adalah alasan untuknya mengalihkan perhatian saya agar saya tidak marah-marah lagi.


Anak-anak yang masih kecil biasanya cenderung “tidak sengaja” berbohong. Dalam artian, mereka belum bisa memprediksi sebab-akibat. 
Jika kita menganggap jelas bahwa anak bermain bola dan memecahkan vas adalah suatu kesalahan, maka anak-anak tidak bisa berpikir demikian. Mereka hanya berpikir, “Aku main bola, dan aku ngga mecahin vas ibu. Bola yang mecahin vas ibu”. Dan itulah yang akan mereka katakan.


Anak-anak juga berbohong dengan menyalahkan orang lain atau hal lain untuk menyelamatkan diri dari hukuman. Contohnya, mereka menyalahkan kucing untuk pot bunga yang pecah saat mereka bermain di halaman, atau membuat alasan “kue ini buat kucing” saat ia kedapatan mengambil kue tanpa izin, dan lain sebagainya.


4. Ingin diterima oleh lingkungan dan teman-temannya

Pada anak-anak yang sudah lebih besar atau remaja, umumnya mereka berbohong untuk meningkatkan rasa percaya diri dan status sosialnya. 
Misalnya, mereka berbohong soal kekayaan keluarga, atau bersahabat dengan orang terkenal, dan lain sebagainya.
 Tujuannya adalah mereka ingin diterima oleh suatu komunitas sosial tertentu di kalangan teman-temannya. Mereka juga ingin dianggap “hebat” atau “keren” dan segala hal yang berbau pamor di kalangan para remaja. 
Terkadang, hal yang dimikian juga disebabkan karena anak pernah mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari teman-temannya, seperti dipermalukan atau diremehkan.


Kebohongan lain adalah bohong terhadap orang tua agar orang tua mau menerima teman-teman sepermainannya. 
Mereka biasanya berbohong dengan mengendalikan informasi, seperti memberikan alasan belajar bersama di rumah teman, padahal mereka pergi main ke mall atau ke tempat persewaan PS, dan lain sebagainya.


Mendidik Anak Agar Tidak Bohong

Setiap orang tua tentunya merasa sedih dan kecewa bila melihat dan mendengar anaknya berbohong. 
Dan tidak jarang kita langsung merasa panik dan buru-buru men-judge anak “kamu bohong” atau “kamu pembohong”.


Yang harus kita lakukan adalah memahami perilaku tersebut sebagai tahapan perkembangan anak dan mencari solusinya agar tidak menjadi kebiasan di kemudian hari.

Keteladanan dari orang tua

Menanamkan sikap jujur dan tidak suka berbohong adalah tugas orang tua dan pendidik. Namun, tentu saja tidak bisa hanya sekedar teori, melainkan dengan keteladanan. 
Berusahalah untuk bersikap jujur dalam perkataan dan perbuatan. Karena anak-anak melihat dan mencontoh apa yang mereka lihat dan mereka dengar.

Jika kita ingin mengalihkan perhatian anak dari tangisnya, alih-alih kita mengatakan “lihat itu ada cicak!” kita bisa menggantinya dengan kalimat ajakan, “yuk, kita cari cicak,” sambil mengajaknya keluar.

Orang tua juga tidak boleh berpura-pura akan memberikan sesuatu pada anak jika anak menurut. Misalnya, kita bilang, “ayo nurut sama ummi, nanti ummi belikan mainan” atau yang semisal dengan itu. Padahal itu hanya untuk memancingnya saja tanpa benar-benar akan memberikannya mainan bila ia sudah menurut.


Menanamkan kejujuran sejak dini

Sesungguhnya kejujuran itu sederhana, tapi sulit untuk dilakukan. Semakin dewasa usia seseorang, akan semakin sulit dan makin banyak godaannya untuk berbuat jujur. Padahal, kejujuran adalah salah satu kecerdasan moral. Dan untuk melatih kecerdasan moral seperti ini jauh lebih sulit dari pada melatih kecerdasan intelegensi.


Para psikolog dan pakar pendidikan anak banyak menilai bahwa orang tua masa kini jauh lebih bisa mencerdaskan intelegensi anak dari pada mencerdaskan moral anak. Bukan berarti terjadi kemerosotan moral di sini, melainkan orang tua merasa tidak percaya diri dalam menanamkan nilai-nilai moral pada anak. Sehingga kemudian, orang tua pun menyerahkan tugas tersebut pada sekolah atau guru anak-anak mereka. Padahal, sejatinya pendidikan moral adalah hal yang juga harus diberikan oleh orang tua, bersama dengan pendidikan agama.


Hindari memberi hukuman yang terlalu berat pada anak

Jika kita ingin memberikan anak hukuman karena kesalahannya, maka hukumlah dengan “adil”. Dalam artian, tidak setiap kesalahan anak harus mendapatkan hukuman yang berat. Lihat dan pertimbangkan seberapa berat kesalahan anak dan hukuman apa yang paling tepat untuknya.

Misalnya, anak menumpahkan air. Ini adalah perkara yang sepele sebenarnya. Bisa jadi anak tidak sengaja melakukannya. Maka berikan ia konsekuensi, untuk mengambil lap dan mengeringkan airnya dengan bantuan Anda.

Atau misalnya, anak tidak menabungkan uangnya dan malah menggunakan uang tersebut untuk membeli mobil-mobilan baru. Jangan langsung menghukumnya dengan memukul atau mengomelinya sepanjang hari. Tapi, nasehati anak dengan baik dan minta ia untuk tidak mengulanginya. Konsekuensinya, anak belajar untuk menabungkan sebagian uang jajannya sebagai ganti dari uang tabungan yang telah ia pakai kemarin.

Hukuman yang terlalu berat dan sering dapat menimbulkan rasa takut pada anak yang dapat mendorong anak untuk berbohong.


Hargai setiap usaha yang dilakukan anak

Sudah kodratnya anak-anak itu butuh pujian dari orang tuanya. Mereka butuh penghargaan dari setiap usaha baik yang mereka lakukan. Selaras dengan “teguran” yang mereka dapatkan ketika mereka melakukan kesalahan.

Tentunya anak-anak akan bertanya-tanya, kalau aku salah aku selalu dimarahi, tapi kalau aku jadi anak baik, ibu dan ayah biasa saja.

Seorang anak lama-kelamaan akan merasa frustrasi dan jenuh ketika setiap usaha yang ia lakukan ia hanya mendapatkan kritikan pedas dari orang tuanya. Mereka akan merasa gagal, ditolak, tidak mampu, tidak percaya diri, dan rendah diri. Lebih-lebih jika orang tuanya membanding-bandingkan dirinya dengan saudaranya atau anak orang lain. Rasa frustrasi dan jenuh itulah yang juga bisa mendorong seorang anak untuk berbohong demi pengakuan.

Jika si kecil melakukan sesuatu, bahkan jika hasilnya kurang memuaskan, cobalah untuk mengatakan, “wah…subhanallah…kakak sudah pintar ya. Nanti kita buat lagi yang bagus supaya kakak bisa semangat lagi ya!”.

Penghargaan yang diterima oleh seorang anak anak menumbuhkan sikap menghargai orang lain di kemudian hari.


Hindari dan jauhkan anak dari tontonan atau cerita-cerita bohong
Sering memperdengarkan cerita-cerita bohong juga membuat anak-anak belajar berbohong. Karena sebagian besar anak-anak belum bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang hanya khayalan saja.

Dari mana anak mengenal monster dan hantu jika bukan dari buku cerita fiksi dan film di TV? Karena itu orang tua harus benar-benar selektif dalam memilihkan buku bacaan dan tontonan untuk anak.

Saat ini banyak sekali buku-buku dan film-film yang isinya hanya merusak moral anak-anak, atau memperlihatkan adegan kekerasan, kisah-kisah yang tak masuk akal dan membuat anak-anak takut.

Jelaskan pada anak-anak bahwa monster dan hantu itu tidak ada dan hanya rekaan manusia. Kalau perlu, apalagi di jaman teknologi yang sudah canggih ini, kepada anak-anak yang sudah lebih besar, kita bisa memperlihatkan bagaimana “efek” monster dan hantu itu dibuat dengan komputer.


Dengarkan anak saat mereka bicara

Mendengarkan keinginan anak bukan berarti harus mewujudkan setiap keinginannya. Akan tetapi, mendengarkan di sini adalah menunjukkan antusiasme dan perhatian kita bahwa kita menghargai apapun yang mereka katakan.

Jika ternyata apa yang mereka katakan itu bukan hal yang sesungguhnya terjadi atau hanya khayalan mereka, jangan buru-buru marah atau menudingnya sebagai pembohong. Tapi, luruskanlah, agar anak-anak memiliki pola pikir yang lurus pula.


Berikan kepercayaan pada anak

Akan tiba masanya anak-anak harus bisa melakukan banyak hal sendiri, tanpa bantuan dan pantauan orang tua. Apalagi ketika usia mereka beranjak remaja, tentulah mereka tak ingin terus menerus dibayangi atau terlalu diatur oleh orang tua.

Seiring dengan bertambahnya usia, bertambahnya tanggungjawab, bertambah pula keinginan seorang anak untuk dihargai sebagai seorang “anak yang sudah besar”. Mereka menginginkan tanggungjawab yang lebih besar pula, dan menginginkan kemandirian. Karena itu, sudah sepatutnya orang tua memberikan kepercayaan pada anak-anaknya.

Ajarkan anak-anak bahwa setiap perbuatan memiliki konsekuensi, dan harus dipertanggungjawabkan. Tanamkan bahwa setiap tindakan mereka adalah cerminan bagaimana orang tua mereka mendidik mereka. Lalu berikan mereka kepercayaan.

Sesekali waktu, anak-anak mungkin melakukan kesalahan. Namun, bantulah mereka untuk memperbaiki kesalahan tersebut dan percayakan bahwa mereka belajar dari kesalahan tersebut.

Dari pada mengatakan, “tuh, kan…ternyata kamu memang nggak bisa dipercaya”, lebih baik katakan, “oke…ummi ngerti kalau hari ini kamu salah. Sekarang kita cari penyelesaiannya sama-sama, dan ummi harap kamu tidak mengulanginya lagi.”

Anak-anak yang mendapatkan kepercayaan dan merasa dipercaya, pada akhirnya akan belajar untuk menjaga kepercayaan tersebut dan mau belajar untuk senantiasa jujur dalam perbuatan dan perkataan.


***


Muslimah.or.id
Penulis: Nisa Sabardin Ummu Alifah
Murajaah: Ustadz Ammi Nur Baits

Cantik Itu Sakit ???





Ya, itu ungkapan beberapa orang wanita yang memang sangat terobsesi untuk menjadi cantik.

 Karena di zaman modern sekarang cantik adalah urutan nomor satu bagi wanita yang berorientasi dengan dunia. 

Seolah-olah wanita yang cantik akan sangat dihargai oleh laki-laki atau lebih tepatnya kepura-puraan laki-laki menghias-hiasi dengan pujian. 

Memuji dengan mengangkat setinggi-tingginya , membuat wanita melayang-layang yang kemudian akan dihempaskan ke bawah oleh laki-laki tidak bertanggung jawab.


Oleh karena itu kita dengar berita bahwa di negara barat dan negara tidak beragama,
 para wanita berusaha mencari berbagai cara untuk menjadi cantik.

Mode, pakaian, hiasan dan make-up.

Akan tetapi ternyata ini adalah cara dengan waktu yang lama dan tidak bisa menutupi yang tidak sempurna yang merupakan kudrat, bawaan lahir dan takdir dari Allah. 

maka yang sangat populer sekarang adalah cara cepat untuk menjadi cantik yaitu, operasi kecantikan, baik operasi lokal atau operasi dengan bius total, tentu ini menimbulkan rasa sakit, terutama ketika dibius. 

Atau minimal ketika melakukan facial muka, maka akan terasa sakitnya ketika dilakukan pengangkatan jerawat. 

Dan bukan rahasia lagi kalau wanita-wanita berorientasi dunia, facial muka merupakan kebutuhan primer. 

Oleh karena itu munculah istilah

“CANTIK ITU SAKIT “


Mengenai operasi kecantikan, di negara sekuler dan menjunjung tinggi dunia, praktek ini sudah menjamur, bahkan di Korea sampai dikatakan:

-lebih baik miskin daripada jelek

-hadiah ulang tahun sweet seventeen yang paling dinanti adalah dana operasi plastik/kecantikan



Tentunya kita sebagai muslim berkaca pada hal ini dengan panduan kitab Allah dan Sunnah Nabi Shallalhu ‘alaihi wa sallam.

Berikut sedikit pembahasannya


operasi kecantikan pergeseran dari operasi plastik

Dahulunya orang lebih mengenal operasi plastik yaitu cara untuk merekonstruksikan atau memperbaiki beberapa bagian tubuh manusia sesuai dengan yang mereka inginkan melalui operasi yang biasanya dilakukan oleh seorang dokter. Kemudian hal ini bergeser yang semula fungsinya adalah mengembalikan bentuk yang rusak atau mengembalikan cacat ke bentuk semula. Kini berkembang menjadi operasi kecantikan yaitu bagaimana membuat seseorang menjadi lebih cantik atau lebih gagah walaupun tanpa ada indikasi perlu dilakukan operasi.


Perlu dibedakan operasi memperbaiki cacat dan operasi kecantikan

Dua hal ini berbeda karena awalnya operasi plastik bertujuan untuk memperbaiki cacat yang timbul akibat kecelakaan atau cacat bawaan seperti bibir sumbing. Maka hukum keduanya juga berbeda dalam syariat.

Untuk operasi mengembalikan cacat yang timbul maka hukumnya BOLEH. Sebagaimana riwayat sahabat Urfujah bin As’ad radhiallahu ‘anhu, ia menggunakan emas untuk memperbaiki hidungnya, padahal emas harambagi laki-laki.

أَنَّهُ أُصِيبَ أَنْفُهُ يَوْمَ الْكُلَابِ فِي الْجَاهِلِيَّةِ، فَاتَّخَذَ أَنْفًا مِنْ وَرِقٍ فَأَنْتَنَ عَلَيْهِ فَأَمَرَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَتَّخِذَ أَنْفًا مِنْ ذَهَبٍ

“Hidungnya terkena senjata pada peristiwa perang Al-Kulab di zaman jahiliyah. Kemudian beliau tambal dengan perak, namun hidungnya malah membusuk. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkannya untuk menggunakan tambal hidung dari emas.” [1]

Dan ini tidak termasuk mengubah ciptaan Allah karena bertujuan untuk pengobatan. Bahkan ini termasuk mengembalikan bentuk ciptaan Allah.


Adapaun operasi kecantikan maka tujuan utamanya adalah mempercantik diri maka hukumnya adalah HARAM.

Haram karena termasuk merubah ciptaan Allah.

Allah Ta’ala berfirman,

..وَلآمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ

“dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya”. (An-Nisa’ :119)


Dan diharamkan mengubah-ubah ciptaan Allah sebagaimana dalam hadits. Sahabat Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata,

لَعَنَ اللَّهُ الوَاشِمَاتِ وَالمُوتَشِمَاتِ، وَالمُتَنَمِّصَاتِ وَالمُتَفَلِّجَاتِ، لِلْحُسْنِ المُغَيِّرَاتِ خَلْقَ اللَّهِ

“Semoga Allah melaknat orang yang mentato, yang minta ditato, yang mencabut alis, yang minta dikerok alis, yang merenggangkan gigi, untuk memperindah penampilan, yang mengubah ciptaan Allah.” [2]

As-Syaukani menjelaskan,

قوله (إلا من داء) ظاهره أن التحريم المذكور إنما هو فيما إذا كان لقصد التحسين لا لداء وعلة، فإنه ليس بمحرم

“Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘kecuali karena penyakit’ dzahir maksudnya bahwa keharaman yang disebutkan,yaitu jika dilakukan untuk tujuan memperindah penampilan, bukan untuk menghilangkan penyakit atau cacat, karena semacam ini tidak haram.”[3]



Demikian juga penjelasan dari syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah ketika ditanya:

س : ما الحكم في إجراء عمليات التجميل ؟ وما حكم تعلم علم التجميل ؟

“Bagaimana hukum melaksanakan operasi kecantikan dan hukum mempelajari ilmu kecantikan?”

Jawaban:

لتجميل نوعان :

تجميل لإزالة العيب الناتج عن حادث أو غيره .. وهذا لا بأس به ولا حرج فيه لأن النبي صلى الله عليه وسلم أذن لرجل قطعت أنفه في الحرب أن يتخذ أنفا من ذهب …

والنوع الثاني :

هو التجميل الزائد وهو ليس من أجل إزالة العيب بل لزيادة الحسن وهو محرم لا يجوز ، لأن الرسول صلى الله عليه وسلم لعن النامصة والمتنمصة والواصلة والمستوصلة والواشمة والمستوشمة لما في ذلك من إحداث التجميل الكمالي الذي ليس لإزالة العيب .

أما بالنسبة للطالب الذي يقرر علم جراحة التجميل ضمن مناهج دراسته فلا حرج عليه أن يتعلمه ولكن لا ينفذه في الحالات المحرمة بل ينصح من يطلب ذلك بتجنبه لأنه حرام وربما لو جاءت النصيحة على لسان طبيب كانت أوقع في أنفس الناس


”Operasi kecantikan (plastik) ini ada dua macam:

Pertama: operasi kecantikan untuk menghilangkan cacat yang karena kecelakaan atau yang lainnya. Operasi seperti ini boleh dilakukan, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberikan izin kepada seorang lelaki yang terpotong hidungnya dalam peperangan untuk membuat hidung palsu dari emas.


Kedua: operasi yang dilakukan bukan untuk menghilangkan cacat, namun hanya untuk menambah kecantikan). Operasi ini hukumnya haram, tidak boleh dilakukan, karena dalam sebuah hadis (disebutkan),

لَعَنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْوَاصِلَةَ وَالْمُسْتَوْ صِلَةَوَالَوَاشِمَةَوَالْمَسْتَوْشِمَةَ

‘Rasulullah melaknat orang yang menyambung rambut, orang yang minta disambung rambutnya, orang yang membuat tato, dan orang yang minta dibuatkan tato.’ (H.R. Bukhari)

Alasannya, adalah karena operasi seperti ini akan membuat keindahan yang baru, dan bukan untuk menghilangkan cacat.

Adapun berkaitan dengan siswa yang diharuskan untuk mempelajari operasi kecantikan (plastik) dalam kurikulum pelajarannya, maka dia boleh mempelajarinya, tetapi tidak boleh digunakan untuk operasi yang haram. 
Bahkan, semestinya, dia memberikan nasihat kepada orang yang memintanya melakukan operasi yang diharamkan (itu) agar menjauhi operasi ini, karena hukumnya haram. 
Mungkin, nasihat dari dokter lebih diterima oleh pasien.”[4]


Kecantikan wanita yang sesungguhnya

Tidak perlu risau bahwa misalnya anda ditakdirkan wajah buruk atau kurang cantik. Kita lihat saja fakta di lapangan terkadang wanita cantik sulit mendapat jodoh. Karena kecantikan juga ujian, mereka terkadang terlalu pilih-pilih dan selektif memilih jodoh (pasang target tinggi) bahkan tidak sedikit yang sombong. Tidak sedikit juga wanita dengan wajah pas-pasan atau tidak cantik, malah mudah mendapat jodoh. Bukankah mendapat jodoh adalah salah satu tujuan terbesar wanita? Percuma cantik tapi tidak menikah.

Mengapa demikian? karena perlu diketahui bahwa wanita itu diciptakan untuk cantik dan menyimpan potensi menggoda laki-laki. 
Anda pasti percaya karena Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

المَرْأَةُ عَوْرَةٌ إِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَ فَهَا الشَّيْطَانُ

“Wanita itu adalah aurat. Bila ia keluar, setan akan menghiasinya (untuk menggoda laki-laki).”[5]

Syaikh Abul ‘Ala’ Al-Mubarakfuri rahimahullah berkata,

( فإذا خرجت استشرفها الشيطان ) أي زينها في نظر الرجال وقيل أي نظر إليها ليغويها ويغوى بها والأصل في الاستشراف رفع البصر للنظر إلى الشيء

“Bila wanita keluar, setan akan menghiasinya (untuk menggoda laki-laki), maknanya adalah setan menghiasinya di mata laki-laki. Juga dikatakan, maknanya, setan melihat wanita tersebut untuk menyesatkannya dan menyesatkan (manusia) dengannya. Dan makna asal (الاستشراف) adalah mengangkat pandangan untuk melihat sesuatu.”[6]


Tidak percaya, coba saja tanya beberapa laki-laki, mungkin pertama ketika melihat seorang wanita seorang laki-laki berkata:
“nilainya 7, pas-pasan lah”

Akan tetapi setelah bergaul (misalnya rekan kerja atau teman kampus) dan berinteraksi yang baik dengan wanita tersebut, maka bisa jadi ia berkata:

“ternyata dia manis juga ya, enak diajak ngobrol”

“ternyata ia lembut dan keibuan, cocok jadi calon ibunya anak-anak”



Perlu diketahui wanitai tu ada tiga macam:

1.Wanita cantik, semua laki-laki berkata dia cantik tapi kadang bisa bisa bosan kalo dilihat

2.Wanita maniez, ini dia yang menggugah, dia tidak cantik-cantik amat, tidak semua laki-laki sepakat atas kecantikannya, tetapi dia istimew,a tak lelah mata memandang, semakin di lihat semakin sejuk, membuat laki-laki penasaran, ada sesuatu yang sulit di ungkapkan, biasanya wanita ini punya suatu innerbeauty, apa itu ya? Dan inilah keadilan Allah, semua wanita bisa menjadi seperti ini..

3.Wanita cantik sekaligus maniez, ini langka bin ajaib bin hampir punah (masa’ sih), ga juga kok, ada juga wanita seperti ini, biasanya wanita yang diberi kecantikan sekaligus ahlak yang mulia masyaAllah.



Jadi kecantikan sejati adalah kecantikan agama, akhlak dan lemah lembut. 
Berbeda dengan kencantikan fisik, wanita yang mengobral dan hanya mengandalkan kecantikan fisik, maka laki-laki yang tertarik menjadi suaminya hanyalah cinta karena kecantikan saja.
“cantik berkurang, berkurang juga cinta”


Hiasilah dengan akhlak yang baik, salah satunya adalah lemah-lembut dan kepatuhan, karena jika wanita lemah dengan pengorbanan laki-laki maka laki-laki lemah dengan kelemahlembutan wanita. 
Oleh karena itu Rasulullah memerintahkan wanita agar lemah lembut dan jika sulit, maka paksakanlah agar bisa berlemah lembut.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ وَالْحِلْمُ بِالتَّحَلُّمِ

“Sesungguhnya ilmu diperoleh dengan belajar dan sesungguhnya kelembutan diperoleh dengan melembut-lembutkan,”[7]

Dan masih banyak lagi sifat yang perlu dicari oleh wanita agar bisa mendapatkan kecantikan hakiki dan abadi. Misalnya qana’ah, berhias dengan rasa malu, tidak berbicara kasar dan berusaha menggapai ridha suami.

Demikian semoga bermanfaat.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush shalihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam



@Pogung Lor, Yogyakarta Tercinta

Penyusun: dr. Raehanul Bahraen

Artikel www.muslimafiyah.com



[1] HR. An-Nasai 5161, Abu Daud 4232, dihasankan oleh Al-Albani

[2] HR. Bukhari 4886

[3] Nailul Authar, 6/229, Darul Hadits, Mesir, cet. I, 1413H, syamilah

[4] Fatawa Islamiyah 4/412

[5] HR. At-Tirmidzi no. 1173, dishahihan oleh Al-Albani mengatakan dalam Misykatul Mashabih no. 3109

[6] Tuhfatul Ahwadzi 4/283, Darul Kutub Al-‘Ilmiyah, Beirut, Asy-Syamilah

[7] HR. Al-Khathib dalam Tarikh-nya 9/127. Lihat Silsilah Ash-Shahihah, karya Al-Albani, 1/342

Istrimu adalah amanah ....



Bismillah..

Istrimu adalah amanah..
Engkau mengambilnya dan menjadikannya halal dengan kalimat Allah..
Maka itu adalah perjanjian yang berat.
Saking beratnya amanah, 
hingga Rasulullah shalallahu alaihi wassalam menyampaikannya pada khutbah di haji wada'.

"Bertaqwalah kalian pada اللهُ dalam hal wanita. Karena kalian telah mengambil mereka dengan amanah اللهُ dan kalian telah menghalalkan farji-farji (kemaluan) mereka dengan kalimah اللهُ...

(HR. Ibnu KHuzaimah. Jus 4 no. 251).


Jika perjanjian dgn orang kafir saja kita dilarang utk melanggarnya,
 padahal orang-orang kafir adalah orang-orang yang hina.

(Baca hadits larangan membunuh orang kafir yang terikat perjanjian dengan pemerintah).

Dan Allah mengancam dengan tidak dapat mencium baunya surga jika kita melanggar perjanjian itu.

Lalu bagaimana lagi dengan perjanjian yang kita buat dengan kalimat Allah..? Dan dengan mahluk yang mulia (wanita).



*Faedah kajian bersama Ustadz Sofyan Chalid Ruray Hafidzahullah.


via ukhti Ummu Humaira Asri Yati

Selasa, 05 November 2013

Cinta .....



CINTA


Oleh Ibnu Qayyim Al Jauziah



Tiada keindahan kenikmatan dunia
jika engkau menyendiri tanpa perasaan cinta


Kuingin semua cinta menyatu di sini
merasuk kedalam hati, bersemayam di dalam dada
kuingin tiada cinta yang sirna dari hati
keceriaan ada pada cinta, atau lebih baik aku binasa.


Andaikan aku bisa menanggung kesendirian ini
kuingin jelajahi dunia tanpa cinta
namun justru raga tak mampu mengendali
dari cinta yang terlanjur membara.


Semua insan ingin mencicipi manisnya cinta
menikmati panorama alam bahagia
setiap mata ingin memandang bukit-bukit asmara bertabur rindu
menjiwai cinta yang tertanam di ladang qalbu.


Kan ku bawa cinta ini disampingnya, andai ia menyadari
rasa yang tak bisa ku pendam, tak jua ku sembunyikan
kan arungi lautan merah misteri
andai engkau mau menyadari cinta dan kerinduan.




Masa Depan Tak Bisa Diskenariokan ....




Masa depan tidak bisa di skenariokan, 

masa lalu tidak bisa di rubah,

lantas kenapa anda mesti menyiksa diri .....

dengan setumpuk penyesalan atas sesuatu yang tidak bisa di rubah??




Seriuslah dan konsentrasi untuk berbuat yang terbaik pada apa yang sedang anda jalani saat ini,

jangan menjadikan masa lalu yang salah selalu menghantui, 

dan jangan terlalu mengkhawatirkan masa depan yang belum pasti.

Berusahalah sebaik mungkin saat ini, 

tawakkal dan serahkan hasilnya kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Adil.








By: Ust. Firanda Andirja MA hafidzahullah