Laman

Jumat, 12 September 2014

Semua Berjalan menurut Taqdirnya ...



Syaikh Ali Mustafa Tanthawi – rahimahullah – berkata:


كل شيء بقدر الله، والله قسم للعبد سعادته وشقائه ورزقه وعمره، فما كان لك سوف يأتيك على ضعفك، وما كان لغيرك لن تناله بقوّتك

“Segala sesuatu berjalan menurut taqdir Allah. Dan Allah telah membagi untuk hamba kebahagiaannya, kesengsaraannya, rizki dan juga umurnya.

Apa yang telah ditakdirkan untukmu maka dia akan datang meskipun engkau lemah

Dan apa yang ditakdirkan untuk selainmu, maka engkau takkan bisa menggapainya dengan kekuatanmu”

Suka duka hidup tak bisa kita terka, semua berjalan menurut taqdir-Nya. Apa yang menurut kita akan berjalan ke arah yang baik bisa jadi berujung dengan keburukan. Dan apa yang kita sangka tidak menyenangkan ternyata akhirnya sangat membahagiakan.
Iya, Semua berjalan menurut taqdir-Nya.

Namun ingat.. Tak ada yang tau pasti kemana arah taqdirnya, oleh karena itu persembahkan amal terbaik, seperti sabda Rasulullah,

احرص على ما ينفعك ولا تعجز

“Bersungguh-sungguhlah terhadap apa yang dapat mendatangkan manfaat bagimu dan jangan lemah”

Atau sabdanya,

اعملوا كل ميسر لما خلق له

“Beramallah.. semua akan dimudahkan menjalani taqdirnya”


Sahabat…
Terlalu banyak rahasia hidup yang tidak kita ketahui.

Kita memang boleh berhitung, tentang apa saja. Juga tentang kehidupan yang berliku-liku yang tak selalu manis pada awalnya, KECUALI TAKDIR. Sebagai seorang mu’min kita harus meyakini bahwa di dunia ini tidak ada yang lebih bahagia darinya bila ia memahami dengan baik taqdir Allah. Sebab Bila seseorang memahami dengan baik taqdir Allah maka hatinya akan terilhami untuk bersyukur saat diberi, bersabar bila diuji, dan beristigfar bila terjatuh dalam kubangan dosa. Kita juga harus menyadari bahwa hidup tak selamanya berjalan menurut kalkulasi kita. Disana ada pena yang telah diangkat dan lembaran takdir yang sudah mengering.


Maka sudah seyogyanya kita selalu mengharap karunia dan taufiq Allah disetiap langkah kita. Memohon agar Allah mengaruniakan takdir terindah dalam hidup kita. (99)




ust. Aan Chandra Thalib