Laman

Kamis, 22 Maret 2018

Kami Pernah !




Akan tiba saatnya nanti 
kau akan merasakan risih ketika 1 helai rambutmu ada yang terlihat...

Akan tiba saatnya nanti 
betapa malunya dirimu ketika kerudung yang kau gunakan itu tidak menutup dada..

Akan tiba saatnya nanti 
kau museumkan pakaian ketat dan celana jins mu. 
Lalu kau ganti isi lemari mu dengan gamis, rok, dan pakaian longgar...

Akan tiba saatnya nanti 
ketika kau ingin keluar rumah hal yang kau cari setelah kerudung adalah kaos kaki...

Akan tiba saatnya nanti 
kau merasa enggan menggunakan parfum yang sangat wangi harumnya hingga mengakibatkan orang-orang yang kau lewati terpesona dengan wanginya parfum itu...

Akan tiba saatnya nanti 
disaat kau ingin memposting kecantikan dirimu, 
kau akan merasa bahwa kecantikan mu itu hanya untuk mahrom mu saja. 
Bukan untuk dinikmati para pengguna sosmed...

Akan tiba saatnya nanti 
disaat ada laki-laki yang bukan mahrom mu mengajak berjabat tangan dengan mu, tangan mu sudah siap untuk tidak menerima jabat tangan itu...

Akan tiba saatnya nanti 
hari libur mu kau isi dengan menghadiri majelis taklim dan berkumpul dengan orang-orang sholih/ah.

Akan tiba saatnya nanti 
sosmed yang kau punya bermanfaat untuk mengajak pada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar..

Kapan waktu ini akan tiba??
Saat hatimu peka terhadap sinyal-sinyal hidayah 
dari-Nya.
Saat hatimu mau terbuka dan masuk di dalam hidayah-Nya.
Saat hatimu sudah tidak sekeras detik ini.


Hidayah bukan ditunggu tapi dijemput.

Hidayah terkadang ada sekitar mu, 
tapi hatimu yang belum menyadarinya.


Sentuhlah hatimu 
agar hati itu tidak mengeras bagai batu.
Agar hidayah itu juga dapat mudah masuk 
di dalam qolbu.


Aku juga sama seperti mu...
Pernah begini dan begitu...

Tapi, aku rasa...

Hal-hal negatif itu tidak akan membuat ku 
selamat di akhirat...

Maka dari itu, 
perlahan ku perbaiki pondasi ku 
yang dulu amat rapuh... 

Ku ganti pondasi itu dengan lebih mendekat 
kepada-Nya...


Tidak ada manusia yang sempurna, 
pasti setiap manusia pernah melakukan kesalahan. 

Disini bukan tentang seberapa banyak kesalahan diri.
Tapi, tentang KAPAN kita akan membenahi kesalahan yang menggunung itu ?


Sahabat, 
mari kita sama-sama bertaubat...
Hijrah dan beristiqomahlah...




# copas

Selasa, 20 Maret 2018

Kadang Aku Minder Karena Miskin





Apabila kita telah berusaha dan bekerja keras.

Apabila kita telah jalani Sholat yang lima waktu.

Apabila kita sudah melakukan Sholat Dhuha, Tahajud, Dzikir, Sholawat dan DOA.

Namun tetap miskin juga.

Tak perlu minder apalagi protes pada-NYA




Seorang anak bertanya kepada ibunya :

"Ibu, mengapa kita miskin?"


Dengan tenang sang ibu berkata :

"Nak, hidup ini seperti jalan jalan di Supermarket. 
Semua orang boleh memilih dan membawa barang apa saja yang ia inginkan".

"Siapa yg membawa sepotong roti, 
maka ia harus membayar seharga sepotong roti."

"Siapa yg membawa tiga potong roti, 
iapun harus membayar tiga potong roti".

"Sementara kita tak mungkin membawa apa-apa. 
Karena tak punya uang untuk membelinya."

"Dipintu kasirpun kita tak akan diperiksa, 
dibiarkan jalan begitu saja"

"Begitu pula kelak di Hari Kiamat Nak."

"Saat orang-orang kaya antri menjalani pemeriksaan untuk dimintai pertanggung jawaban.

"Saat orang-orang kaya ditanya tentang :

Darimana hartanya mereka peroleh ?.

Dan kemana hartanya mereka gunakan ?."



"Kita dibiarkan terus berjalan tanpa beban.

"Lebih enak bukan !."

"Apakah engkau masih juga belum bisa menerima ?."



Anakku,

"Jika kita memang ditakdirkan menjadi orang miskin :


BERSABARLAH SEJENAK,
Karena setelah kematian, kemiskinan itu akan sirna.

BERPIKIRLAH POSITIF,
Barangkali, jika kita kaya belum tentu bisa lebih bertakwa

Mungkin juga, dengan kemiskinan kita akan lebih mudah meraih SURGA-NYA.


JANGAN PERNAH MINDER

Karena kaya dan miskin bukanlah ukuran Mulia dan Hinanya manusia.

Tetaplah berprasangka baik pada ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala.

Singkirkan rasa iri , cemburu & buanglah tanda tanya,

Tentang Kehendak-NYA Pembagi Nikmat.

Mungkin jatah yang buat kita masih tersimpan di SURGA.

Menunggu kita Siap Menerimanya....


Ingatlah apa yg disampaikan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam 
Bahwa "sesungguhnya kekayaan itu bukan terletak pada banyaknya harta benda, tapi pada hati dan ketenangan jiwa"





Barakallohu Fiikum


Minggu, 18 Maret 2018

Cintai Anakmu Dengan Benar




Pada saatnya anak-anak akan pergi, meninggalkan kita, sepi…

Mereka bertebaran di muka bumi untuk melaksanakan tugas hidupnya;
berpencar, berjauhan.

Sebagian di antara mereka mungkin ada yang memilih untuk berkarya & tinggal di dekat kita agar berkhidmat kepada kita.

Mereka merelakan terlepasnya sebagian kesempatan untuk meraih dunia karena ingin meraih kemuliaan akhirat dengan menemani & melayani kita.

Tetapi pada saatnya, kitapun akan pergi meninggalkan mereka.

Entah kapan...???

Pergi dan takkan pernah kembali lagi ke dunia ini…..

Kematian adalah perpisahan yg sesungguhnya;

berpisah & tak pernah lagi berkumpul di dunia...

Orangtua & anak akan berjumpa lagi di hadapan Mahkamah Alloh ta'ala,
bisa saling menjadi musuh satu sama lain,
bisa saling menjatuhkan...

Anak-anak yang terjungkal ke dalam neraka itu tak mau menerima dirinya tercampakkan sehingga menuntut tanggung-jawab orangtua yg telah mengabaikan kewajibannya mengajarkan agama.

Adakah itu termasuk kita?

Alangkah besar kerugian kita di hari itu

jika anak & orangtua saling menuntut di hadapan Mahkamah Alloh ta'ala.

Inilah hari ketika kita tak dpt pembelaan pengacara,
dan para pengacarapun tak dapat membela diri mereka sendiri.

Lalu apakah yg sudah kita persiapkan untuk menghantarkan anak-anak kita pulang ke kampung akhirat...?

Dan dunia ini adalah ladangnya..


Kematian adalah perpisahan sesaat;

amat panjang masa itu kita rasakan di dunia,
tapi amat pendek bagi yang mati...

Mereka berpisah untuk kemudian dikumpulkan kembali oleh Alloh Jalla wa a'la.

Tingkatan amal mereka boleh jadi tak sebanding.

Tapi Alloh Ta'ala saling susulkan di antara mereka kepada yang amalnya lebih tinggi.

Alloh ta'ala berfirman:

“والذين آمنوا واتبعتهم ذريتهم بإيمان ألحقنا بهم ذريتهم وما ألتناهم من عملهم من شيء كل امرئ بما كسب رهين”

“Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, 
Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, 
dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka.
Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.”

(QS. Ath-Thuur 52: 21).


Apakah kita termasuk yang demikian itu...?
Saling disusulkan kepada yg amalnya lebih tinggi.

Termasuk kitakah...?


Adakah kita benar-benar mencintai anak-anak kita dengan benar...?

Kita usap anak-anak kita saat mereka sakit.

Kita tangisi mereka saat terluka.

Tapi adakah kita juga khawatir akan nasib mereka di akhirat...?

Kita bersibuk menyiapkan masa depan mereka.

Bila perlu sampai letih badan kita.

Tapi adakah kita berlaku sama untuk “masa depan” mereka yang sesungguhnya di kampung akhirat...?

Tengoklah sejenak anak kita.

Tataplah wajahnya.

Adakah kita relakan wajahnya tersulut api neraka hingga melepuh kulitnya...?

Ingatlah sejenak ketika kita merasa risau melihat mereka bertengkar dengan saudaranya.


Adakah kita bayangkan ia bertengkar dengan kita di hadapan Mahkamah Alloh ta'ala 
karena lalai menanamkan Tauhid dalam dirinya...?

Ada hari yg pasti ketika tak ada pilihan untuk kembali.

Adakah ketika itu kita saling disusulkan ke dalam surga atau saling bertikai...???


Maka, cintai anakmu dengan benar.

Bukan hanya utk hidupnya di dunia.

Cintai mereka sepenuh hati untuk suatu masa ketika tak ada sedikit pun pertolongan yang dapat kita harap kecuali pertolongan Alloh Ta'ala.

Cintai mereka dengan pengharapan agar tak sekedar bersama saat di dunia,

lebih dari itu dapat berkumpul bersama di surga.

Cintai mereka seraya berusaha menghantarkan mereka meraih kejayaan, 
bukan hanya untuk kariernya di dunia yang sesaat.

Lebih dari itu utk kejayaannya di masa yg jauh lebih panjang.

Masa yang tak bertepi...

Negeri Akhirat yang kekal abadi...

Beruntunglah para orangtua yg ikhlas berpisah dengan anak-anaknya didunia karena Alloh semata 
dan berharap Alloh kumpulkan ia dan anak-anaknya di syurgaNYA nanti...

Beruntunglah anak-anak yang memiliki orang tua seperti itu...

Beruntunglah kita semua yang telah Alloh tunjukkan jalan 
untuk menempa anak-anaknya dengan ilmu agama,

walau harus berpisah dalam kesehariaannya

Semoga Alloh jadikan kita dan anak-anak kita semua termasuk hamba-hambaNYA yg akan mewarisi surgaNYA dan Alloh jauhkan kita dan anak-anak kita semua dari adzab kubur dan neraka...



Aamiin...




- Ustadz Faudzil Adhim -

Kamis, 15 Maret 2018

Jika suatu saat nanti kau jadi Ibu



Jika suatu saat nanti kau jadi ibu..

Jadilah seperti Nuwair binti Malik 
yang berhasil menumbuhkan kepercayaan diri 
dan mengembangkan potensi anaknya .
Saat itu sang anak masih remaja. 

Usianya baru 13 tahun. 

Ia datang membawa pedang yang panjangnya melebihi panjang tubuhnya, untuk ikut perang badar. 

Rasulullah tidak mengabulkan keinginan remaja itu. 
Ia kembali kepada ibunya dengan hati sedih. 

Namun sang ibu mampu meyakinkannya untuk bisa berbakti kepada Islam dan melayani Rasulullah dengan potensinya yang lain.

Tak lama kemudian ia diterima Rasulullah karena kecerdasannya, kepandaiannya menulis dan menghafal Qur’an. 

Beberapa tahun berikutnya, 
ia terkenal sebagai sekretaris wahyu. 

Karena ibu, 
namanya akrab di telinga kita hingga kini: Zaid bin Tsabit.



Jika suatu saat nanti kau jadi ibu...

Jadilah seperti Shafiyyah binti Maimunah yang rela menggendong anaknya yang masih balita ke masjid untuk shalat Subuh berjamaah. 

Keteladanan dan kesungguhan Shafiyyah mampu membentuk karakter anaknya untuk taat beribadah, gemar ke masjid dan mencintai ilmu. 

Kelak, ia tumbuh menjadi ulama hadits dan imam Madzhab. 
Ia tidak lain adalah Imam Ahmad.


Jika suatu saat nanti kau jadi ibu...

Jadilah ibu yang terus mendoakan anaknya. 
Seperti Ummu Habibah. 
Sejak anaknya kecil, ibu ini terus mendoakan anaknya. 

Ketika sang anak berusia 14 tahun dan berpamitan untuk merantau mencari ilmu, ia berdoa di depan anaknya: 

“Ya Allah Tuhan yang menguasai seluruh alam! 
Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh,
menuju keridhaanMu. 
Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu peninggalan Rasul-Mu. 
Oleh karena itu aku bermohon kepada-Mu ya Allah, permudahlah urusannya. 
Peliharalah keselamatannya,
panjangkanlah umurnya agar aku dapat melihat sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu yang berguna, aamiin!”.


Doa-doa itu tidak sia-sia. 
Muhammad bin Idris, nama anak itu, 
tumbuh menjadi ulama besar. 
Kita mungkin tak akrab dengan nama aslinya,
tapi kita pasti mengenal nama besarnya: Imam Syafi’i .


Jika suatu saat nanti kau jadi ibu...

Jadilah ibu yang menyemangati anaknya 
untuk menggapai cita-cita. 
Seperti ibunya Abdurrahman .

Sejak kecil ia menanamkan cita-cita ke dalam dada anaknya untuk menjadi imam masjidil haram, 
dan ia pula yang menyemangati anaknya 
untuk mencapai cita-cita itu.

“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah menghafal Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil Haram…”, 
katanya memotivasi sang anak.
“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah, 
kamu adalah imam masjidil haram…”,

sang ibu tak bosan-bosannya mengingatkan.

Hingga akhirnya Abdurrahman benar-benar menjadi imam masjidil Haram dan ulama dunia yang disegani. 

Kita pasti sering mendengar murattalnya diputar di Indonesia, karena setelah menjadi ulama, 
anak itu terkenal dengan nama Abdurrahman As-Sudais.


Jika suatu saat nanti kau jadi ibu...

Jadilah orang yang pertama kali yakin 
bahwa anakmu pasti sukses. 
Dan kau menanamkan keyakinan yang sama pada anakmu. 

Seperti ibunya Zewail yang sejak anaknya kecil telah menuliskan 
“Kamar DR. Zewail” 
di pintu kamar anak itu. 

Ia menanamkan kesadaran sekaligus kepercayaan diri. 
Diikuti keterampilan mendidik dan membesarkan buah hati, 

jadilah Ahmad Zewail seorang doktor. 
Bukan hanya doktor, bahkan doktor terkemuka di dunia. 
Dialah doktor Muslim penerima Nobel bidang Kimia tahun 1999.




By Laksamana Yuda C

-------------------------------

Selasa, 13 Maret 2018

Untuk Anda Yang Sedang Lelah dan Hilang Arah




Oleh :
Ustadz Musyaffa' ad Dariny, حفظه الله تعالى



Hidup ini adalah PERJALANAN PANJANG, dan sebagaimana sabda Nabi -shollallohu alaihi wasallam-: 
“Perjalanan panjang adalah potongan dari azab”. 

[HR. Bukhori dan Muslim]


Sehingga wajar bila di tengah perjalanan itu akan banyak cobaan, musibah, rintangan, hilang arah, lelah, bingung, dan seterusnya.


Oleh karenanya, bila Anda merasa bingung, lelah, tidak punya arah… 
maka berhentilah sejenak, istirahatkan diri, dan fokuslah untuk menguatkan diri dahulu, agar Anda menjadi kuat kembali, dan bisa meneruskan kembali sisa perjalanan Anda


Fokuslah ketika itu untuk mendekatkan diri kepada Allah, 
niscaya Allah akan menguatkan jiwa dan raga Anda… 
Perbanyak dzikir, sholat, berdoa, membaca Alquran, dan ketaatan lainnya…


Atau bila masih bingung, 
fokuskan diri Anda untuk membasahi lidah Anda dengan DZIKIR, 
yang dapat mendekatkan diri kepada Allah, sampai Anda kuat kembali.


Dan acuhkan untuk sementara urusan dengan manusia, kecuali yang darurat saja… 
Karena saat Anda lelah atau lemah, 
Anda harus meringankan dan menurunkan beban di pundak Anda untuk sementara waktu, hingga Anda kuat kembali mengangkatnya dan berjalan lagi.


Ingatkan diri, 
bahwa kita hidup di dunia bukan di surga, maka jangan harap ada kebahagiaan murni dan abadi… 
Sebaliknya dunia ini juga bukan neraka, 
maka tidak mungkin ada kesedihan dan kesengsaraan yang murni dan abadi.


Kebahagiaan dan kesedihan akan datang silih berganti, 
maka jangan sampai goyah dalam langkah perjalanan panjang Anda menuju surga.


Semoga Allah memberikan taufiq-Nya kepada kita semua, aamiin.




*****

Senin, 12 Maret 2018

Tenanglah





Rasa gelisah tidak akan menghilangkan kemungkinan terjadinya apa yang kau takutkan di masa depan… 

padahal rasa gelisah itu telah mencuri kebahagiaanmu di hari ini.

Sehingga praktis rasa gelisah itu tidak mendatangkan manfaat sedikitpun, 

oleh karena itu Nabi shollallohu alaihi wasallam menuntun kita untuk berdoa:

“Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari perasaan gelisah dan bersedih”. 

[HR. Bukhori: 2893]


Maka, buanglah rasa gelisah dari hatimu 

dan tumbuhkanlah rasa tawakkal, 

serahkan semua urusan kepada Allah, 

setelah engkau melakukan usaha yang kau mampui.



Dan jangan lupa, iringilah usahamu dengan banyak berdoa. 

Lalu syukurilah nikmat yang ada di tanganmu… 

insyAllah rasa tenang dan bahagia 

akan selalu menghiasi hati Anda.




Ustadz Musyaffa ad Dariny MA, حفظه الله تعالى

Jumat, 09 Maret 2018

Kisah Orang Dzalim

Suatu ketika, seorang nelayan keluar rumah di pagi hari untuk mencari rezeki yang halal. Dia melemparkan jaringnya dan ternyata dia tidak memperoleh apa-apa sementara anak-anaknya di rumah sedang merintih kelaparan. Lalu dia berdoa dengan sepenuh hati kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika matahari hampir tenggelam. Allah Subhanahu wa Ta’ala memberinya rezeki seekor ikan besar. Dia lalu memuji kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengambil ikan tersebut dengan penuh keceriaan menuju ke rumahnya.

Kebetulan ada seorang raja yang sedang bertamasya. Raja pun melihat nelayan tersebut, lalu dia dihadapkan kepada sang raja. Melihat ikan yang ada di tangan si nelayan, sang raja merasa takjub dengan ikan tersebut. Akhirnya, sang raja merampasnya secara paksa untuk dibawa ke istananya, demi membahagiakan permaisurinya. Sang raja mengeluarkan ikan tersebut di hadapan permaisurinya.
Tetapi, tiba-tiba ikan tersebut berputar dan menggigit jari sang raja. Pada malam itu sang raja tidak dapat istirahat dan tidak dapat tidur. Raja pun mendatangkan beberapa dokter. Para dokter merekomendasikan agar jarinya diamputasi.

Meski telah dipotong jarinya, akan tetapi sang raja masih tetap tidak dapat istirahat karena racunnya telah menjalar ke seluruh tangannya. Para dokter kembali merekomendasikan agar tangannya diamputasi. Setelah diamputasi akan tetapi sang raja masih jgua tidak beristirahat. Bahkan dia berteriak-teriak dan minta tolong karena racun telah sampai lengannya.

Para dokter pun kembali merekomendasikan agar lengannya diamputasi. Kemudian sang raja dapat beristirahat dari rasa sakit secara fisik, tetapi jiwanya belum tenang. Perlahan, sang raja menyadari letak persoalannya. Orang-orang pun menganjurkannya agar pergi ke dokter hati, yaitu ulama yang ahli hikmah.

Sang raja pun berangkat ke tempat ulama dan mengisahkan tentang ikan tersebut.
Sang ulama berkata kepadanya, “Kamu tidak akan tenang kecuali jika si nelayan telah memaafkanmu.”

Kemudian sang raja mencari keberadaan nelayan, hingga akhirnya sang raja dapat menemukan si nelayan dan menjelaskan masalahnya kepadanya dan memintanya bersumpah agar si nelayan rela mengampuni dan memaafkannya. Si nelayan pun memaafkannya.

Lalu raja bertanya kepadanya, “Sumpah apa yang kamu ucapkan untukku?”
Dia menjawab, “Saya hanya megnucapkan sebuah kalimat, yaitu ‘Ya Allah! Dia telah menunjukkan kekuatannya kepadaku.
Oleh karena itu, tunjukkan padaku kuasa-Mu pada dirinya!”

Seorang penguasa yang zhalim lagi sombong memerintahkan anak buahnya agar menggekang dan menangkap perempuan yang teraniaya untuk disiksa dan dihina.
Dia memerintahkan agar perempuan tersebut diseret. Lalu perempuan tersebut berkata kepadanya, “Bertakwalah kepada Allah,” tetapi dia tidak memperdulikannya.
Dia masih saja memerintahkan agar perempuan tersebut diseret. Perempuan tersebut terus saja menyumpahinya agar melepaskannya dan bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia pun masih bersikeras menyeret perempuan tersebut. Ketika perempuan tersebut telah putus asa maka dia mendongakkan kepalanya ke langit seraya berdoa:

“Katakanlah: ‘Wahai Allah, Pencipta langit dan bumi, Yang mengetahui barang ghaib dan yang nyata, Engkaulah Yang memutuskan antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang selalu mereka memperselisihkannya’.”
(QS. Az-Zumar: 46)

“Ya Allah, apabila orang ini menzalimi saya, maka ambillah nyawanya.”

Dalam sekejap mata, lelaki tersebut jatuh ke belakang dan meninggal dunia.
Lalu dia diusung di atas keranda mayat. Dan perempuan tersebut lepas dengan selamat.

Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah Cetakan 1

Artikel www.KisahMuslim.com