Bangganya aku menjadi muslimah, karena Islam yang hadir sebagai rahmatal lil’alamin, menghapus seluruh bentuk kezhaliman-kezhaliman yang menimpa kaumku dan mengangkat derajatku dalam martabat yang manusiawi.
Karena kemuliaan Islam yang sangat tinggi pula, maka aku dan kaumku terbebas dari penindasan seperti dijaman jahiliyah. Dijaman itu, dimana kelahiran para wanita selalu di anggap sebagai aib besar bagi keluarga terutama sang ayah. Karena itulah mereka tega mengubur kaumku hidup-hidup dan ada yang membiarkan hidup tetapi dalam keadaan rendah dan hina.
Bahagianya aku menjadi muslimah karena tak ada beda antara kami dan para laki- laki, dalam hal timbangan kemuliaan dan ketinggian martabat di sisi Allah subhanahu wata’ala. Karena kesemuanya itu hanyalah terbedakan atas nama takwa. Allah subhanahu wata’ala menegaskan dalam firman-Nya:
“Barangsiapa yang mengerjakan amalan shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan kami beri balasan pula kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An Nahl: 97)
Kami tak perlu memaksakan diri menjadi laki- laki dan memasuki "kawasan" laki- laki hanya untuk dianggap lebih mulia, seperti yang di ajarkan oleh paham emansipasi barat. Kami para wanita memiliki tugas sendiri, dan jalan sendiri untuk meraih surga. Rasulullah Saw bersabda: “Jika seorang isteri itu telah menunaikan shalat lima waktu, dan shaum (puasa) di bulan Ramadhan, dan men-jaga kemaluannya dari yang haram serta taat kepada suaminya, maka akan di-persilakan: masuklah ke surga dari pintu mana saja kamu suka.”
Bahagianya aku menjadi muslimah karena tak ada beda antara kami dan para laki- laki, dalam hal timbangan kemuliaan dan ketinggian martabat di sisi Allah subhanahu wata’ala. Karena kesemuanya itu hanyalah terbedakan atas nama takwa. Allah subhanahu wata’ala menegaskan dalam firman-Nya:
“Barangsiapa yang mengerjakan amalan shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan kami beri balasan pula kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An Nahl: 97)
Kami tak perlu memaksakan diri menjadi laki- laki dan memasuki "kawasan" laki- laki hanya untuk dianggap lebih mulia, seperti yang di ajarkan oleh paham emansipasi barat. Kami para wanita memiliki tugas sendiri, dan jalan sendiri untuk meraih surga. Rasulullah Saw bersabda: “Jika seorang isteri itu telah menunaikan shalat lima waktu, dan shaum (puasa) di bulan Ramadhan, dan men-jaga kemaluannya dari yang haram serta taat kepada suaminya, maka akan di-persilakan: masuklah ke surga dari pintu mana saja kamu suka.”
(HR. Ahmad)
Bangganya aku menjadi muslimah, karena aku tidak terendahkan seperti hewan. Hal itu karena Perintah Robbku yang mengajarkan bahwa wanita haruslah menutup auratnya.
Bangganya aku menjadi muslimah, karena aku tidak terendahkan seperti hewan. Hal itu karena Perintah Robbku yang mengajarkan bahwa wanita haruslah menutup auratnya.
Allah Ta'ala berfirman :
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang-orang mukmin : Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal dan oleh karenanya mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Qs. Al-Ahzab: 59).
Namun sebagai manusiawinya seorang wanita, kamipun menyukai berhias. Namun Islam mengajarkan agar kami hanya menjadi perhiasan bagi para suami kami, maka dari itu kamipun berhias diri di rumahnya sendiri dan hanya untuk suami kami, bukan di luar rumah atau di tengah jalan untuk di obral kepada mata- mata jalang, para laki- laki tak beriman.
Tenangnya aku menjadi muslimah, karena Allah mengajarkan kepada para lelaki untuk juga senantiasa menghargai dan memperlakukan aku dan keluargaku dengan baik. Mereka para laki- laki yang Bahkan manusia termulia Rasulullah SAw bersabda "Sesungguhnya diantara kesempurnaan iman orang-orang Mukmin ialah mereka yang paling bagus akhlaknya dan bersikap lemah lembut terhadap keluarganya".
Umar radhyallahu anha, sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang dikenal berwatak keras itu bahkan pernah berkata, "Seyogyanya sikap suami terhadap isterinya seperti anak kecil, tetapi apabila mencari apa yang ada disisinya (keadaan yang sebenarnya) maka dia adalah seorang laki-laki."
Bahagianya aku menjadi muslimah, karena keadilan bagi kamipun di jamin dalam islam, bahkan dalam urusan harta. Allah SWT memang menentukan bahwa bagian lelaki dari mendapatkan warisan adalah dua kali lipat dari warisan anak wanita, namun syariat ini selaras dengan garis kodrat lelaki yang berkewajiban untuk menafkahi dan memimpin kaum wanita.
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang-orang mukmin : Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal dan oleh karenanya mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Qs. Al-Ahzab: 59).
Namun sebagai manusiawinya seorang wanita, kamipun menyukai berhias. Namun Islam mengajarkan agar kami hanya menjadi perhiasan bagi para suami kami, maka dari itu kamipun berhias diri di rumahnya sendiri dan hanya untuk suami kami, bukan di luar rumah atau di tengah jalan untuk di obral kepada mata- mata jalang, para laki- laki tak beriman.
Tenangnya aku menjadi muslimah, karena Allah mengajarkan kepada para lelaki untuk juga senantiasa menghargai dan memperlakukan aku dan keluargaku dengan baik. Mereka para laki- laki yang Bahkan manusia termulia Rasulullah SAw bersabda "Sesungguhnya diantara kesempurnaan iman orang-orang Mukmin ialah mereka yang paling bagus akhlaknya dan bersikap lemah lembut terhadap keluarganya".
Umar radhyallahu anha, sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang dikenal berwatak keras itu bahkan pernah berkata, "Seyogyanya sikap suami terhadap isterinya seperti anak kecil, tetapi apabila mencari apa yang ada disisinya (keadaan yang sebenarnya) maka dia adalah seorang laki-laki."
Bahagianya aku menjadi muslimah, karena keadilan bagi kamipun di jamin dalam islam, bahkan dalam urusan harta. Allah SWT memang menentukan bahwa bagian lelaki dari mendapatkan warisan adalah dua kali lipat dari warisan anak wanita, namun syariat ini selaras dengan garis kodrat lelaki yang berkewajiban untuk menafkahi dan memimpin kaum wanita.
Dengan demikian, syariat ini adil dan aku sebagai wanita tak perlu merisaukan. Walaupun wanita mendapatkan bagian yang sedikit, namun para wanita seperti aku ini dapat menikmati seorang diri.
Ini sesuai dengan firman Allah Ta'ala berikut ini,
“Kaum lelaki (suami) adalah pemimpin kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (kaum lelaki) atas sebagian lainnya (kaum wanita), dan karena mereka (kaum lelaki) memberikan nafkah dari hartanya.” (QS. An-Nisa: 34)
Sungguh masih banyak kemuliaan islam yang mengangkat derajat aku dan kaumku sebagai wanita. Betapa hanya islam yang mengindahkanku dan memuliakanku menjadi wanita yang lebih mulia. Sungguh hanya islam yang bisa aku jadikan pedoman hidup terbaik, untuk aku wariskan kepada keturunanku, dan hanya dengan islam ketenangan dan kesejukan hidup menjadi seorang wanita itu terasa. Lalu bagaimana aku tak bangga menjadi muslimah?
(Syahidah)
“Kaum lelaki (suami) adalah pemimpin kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (kaum lelaki) atas sebagian lainnya (kaum wanita), dan karena mereka (kaum lelaki) memberikan nafkah dari hartanya.” (QS. An-Nisa: 34)
Sungguh masih banyak kemuliaan islam yang mengangkat derajat aku dan kaumku sebagai wanita. Betapa hanya islam yang mengindahkanku dan memuliakanku menjadi wanita yang lebih mulia. Sungguh hanya islam yang bisa aku jadikan pedoman hidup terbaik, untuk aku wariskan kepada keturunanku, dan hanya dengan islam ketenangan dan kesejukan hidup menjadi seorang wanita itu terasa. Lalu bagaimana aku tak bangga menjadi muslimah?
(Syahidah)