Penuh Cinta dan Kasih
Allah Ta’ala berfirman,
فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا (36) عُرُبًا أَتْرَابًا (37)
“Dan Kami jadikan mereka  gadis-gadis perawan. Penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (Qs. Al-Waqi’ah:  36-37)
Ibnul A’rabi berkata, “Al-’Urubu min An-Nisaa’i” ( العرب من النساء) maksudnya wanita yang patuh kepada suaminya dan memperlihatkan cintanya  kepadanya.”
Tentang penafsiran ‘urub (عرب )   para ahli tafsir menyebutkan bahwa wanita-wanita tersebut sangat  mencintai  suaminya, sayang dan manja kepada suami, membuat suami cinta  kepadanya, membuat  nafsu syahwat suaminya bergelora kepadanya dan  membuat suami berdandan  karenanya.
Bukhari dalam Shahihnya berkata, ” ‘Uruban (عربا ) adalah wanita yang amat  cinta pada suaminya.”
Seorang wanita shalihah cerminan dari pribadi yang penuh kasih dan  cinta pada  suaminya. Tidak pernah terlintas dalam pikirannya untuk  mencintai pria  lain…sebagaimana yang disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Istri-istri kalian akan menjadi penghuni surga yang sangat  mencintai, yang  jika dia disakiti dan menyakiti maka dia segera datang  kepada suaminya, dia  letakkan tangannya di atas telapak tangan  suaminya, seraya berucap, “Saya tidak  dapat tidur sampai engkau  meridhaiku.” (HR. Thabrani)
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menganjurkan kepada  laki-laki yang akan menikah untuk mencari wanita yang penyayang dan berbelas  kasih. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Nikahilah wanita yang penyayang dan berpotensi beranak banyak,  karena aku  akan membanggakan jumlah kalian kepada umat-umat yang lain  di hari  kiamat” (HR. Abu Dawud dan An-Nasa’i)
Di antara bentuk cinta dan kasih kepada suami adalah bertutur kata  dengan  manis, lembut dan mesra, karena manisnya tutur kata wanita dapat  memikat dan  mempesonakan hati lelaki. Apa engkau tidak ingin  kata-katamu laksana tetesan  air yang begitu menyejukkan di tengah gurun  pasir nan tandus lagi gersang bagi  suamimu? Saudariku…sesungguhnya  lelaki membutuhkan ketenangan dan ketentraman  di dalam jiwanya. Dia  membutuhkan terpal yang dapat membuatnya teduh…ke manakah  lagi kiranya  dia akan mencari keteduhan hati jika tidak pada dirimu?
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah   shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Setiap anggota tubuh manusia  wajib  disedekahi, setiap hari dimana matahari terbit lalu engkau  berlaku adil  terhadap dua orang (yang bertikai) adalah sedekah, engkau  menolong seseorang  yang berkendaraan lalu engkau bantu dia untuk naik  kendaraanya atau  mengangkatkan barangnya adalah sedekah, ucapan yang  baik adalah sedekah, setiap  langkah ketika engkau berjalan menuju  shalat adalah sedekah dan menghilangkan  gangguan dari jalan adalah  sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Renungkan…perkataan yang baik adalah sedekah,  siapakah yang lebih  pantas untuk mendapatkan kebaikan kata-katamu yang memikat  jika bukan  suami yang mendampingi hidupmu?!
Mari kita lihat di antara sifat bidadari yang paling baik adalah gaya  bahasa yang memikat  saat ia mendekati suaminya, ia menyayangi  sebagaimana ibu yang menyayangi  anaknya, ia menggoda suaminya dengan  parasnya yang cantik jelita.
Bersuara Merdu
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya Rasulullah shallallahu  ‘alaihi wa sallam bersabda,
” Sesungguhnya istri-istri penghuni surga bernyanyi untuk  suami-suami mereka  dengan suara yang paling bagus yang tidak pernah  didengar oleh seorangpun. Di  antara lagu yang mereka nyanyikan ialah  ‘Kami adalah bidadari-bidadari  yang baik-baik lagi cantik-cantik,  istri-istri kaum yang mulia.’ Mereka  memandang dengan kegembiraan. Di  antara nyanyian mereka lagi ialah ‘Kami kekal  tidak akan pernah mati,  kami setia tidak akan pernah berkhianat, dan kami  bermukim tidak kan   pernah bepergian.” (Shahih Al Jami’ Ash-Shaghir)
Sebagaimana manusia tertarik dengan suara yang indah, Allah dengan  kekuasaanNya  menjadikan suara yang indah dan menggembirakan sebagai  salah satu kesenangan  surga yang tidak akan sirna dan tak ada  habis-habisnya.
Ketika kita melihat pada realita yang ada, tiap manusia dianugrahi  warna suara  yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, ada yang  terlahir dengan  suaranya yang syahdu, ada pula yang kurang syahdu.  Akan tetapi, pelajaran yang  bisa kita petik dari sini yakni, hendaknya  kita berusaha memperelok nada bicara  kita di depan suami kita. Meskipun  suara kita hanya bermodal pas-pasan saja.
Saudariku…Mulailah dari sekarang, karena belum terlambat untuk  menjadi laksana  bidadari dalam hidup suami. Dengan melihat  karakteristik sang bidadari,  seharusnya hal tersebut menjadi cermin  akhlak bagi setiap wanita dunia.  Bidadari adalah makhluk yang tercipta  mirip dengan bangsamu, duhai wanita…
Maka dari itu, berusahalah agar engkau bisa  meneladani kecantikan  akhlaknya, berlombalah, dan bersegeralah dalam ketaatan  kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Wahai  orang yang memanggil dan mencari bidadari, agar dapat bercumbu dengannya di  taman-taman surgawi
Andaikan kau tahu siapa yang kau seru, tentu kau tak kan diam saja membisu
Andaikan kau tahu di mana dia berada, kau kan berusaha sekuat tenaga
Segeralah dan tapaki jalan menuju ke sana, karena jalan yang kau tempuh tak lama lagi kan tiba
Bercintalah dan berbicaralah dalam kalbu, persiapkan maskawin selagi kau mampu untuk itu
Jadikan puasamu sebagai bekal untuk pertemuan, malam pertama adalah malam yang fitri setelah Ramadhan
Harapkan keindahan dan kecantikannya yang memikat, hampirilah sang kekasih dan jangan kau terlambat!”
Wahai lelaki  dunia…
Cintailah istri shalihah yang tiada sempurna
Dengan cinta yang nyaris sempurna*
Menikahinya akan menghantarkanmu bersanding dengan bidadari di surgaNya yang sempurna
Cintailah istri shalihah yang tiada sempurna
Dengan cinta yang nyaris sempurna*
Menikahinya akan menghantarkanmu bersanding dengan bidadari di surgaNya yang sempurna
*) karena kesempurnaan cinta  yang hakiki hanya pantas ditujukan bagi  Rabbul A’la, maka dari itulah penulis  menggunakan kata “nyaris”.
***
Maraji’:
- Tamasya ke Surga, Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, Darul Falah, Jakarta.
- Panduan Lengkap Nikah (Dari “A” sampai “Z”), Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin Abdirrazzak, Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan ke-4, Bogor, 2006.
- Bersanding Dengan Bidadari di Surga, Dr.Muhamamd bin Ibrahim An-Naim, Daar An Naba’, Cetakan Pertama, Surakarta, 2007.
- Mengintip Indahnya Surga, Syaikh Mahir Ahmad Ash-Shufi, Aqwam, Cetakan Pertama, Solo, 2008.
- Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu, Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, Darul falah, Cetakan ke-11, Jakarta, 2003.
- Majelis Bulan Ramadhan, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin, Pustaka Imam Syafi’i, Cetakan ke-2, Jakarta, 2007.
- Bidadari Surga Agar Engkau Lebih Mulia Darinya, ‘Itisham Ahmad Sharraf, IBS, Cetakan ke-3, Bandung 2008.

 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar