1. Memasang niat yang benar dan ikhlas
2. Memanjatkan doa dalam keadaan bersuci
“Sesungguhnya aku tidak suka menyebut nama Allah melainkan dalam keadaan suci (atau beliau mengatakan: Dalam keadaan thaharah).” Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah (834)
Hanya saja jika seorang yang berdo’a dalam kondisi tidak berwudhu, hal itu tidak mengapa.
3. Mintalah kepada Allah dengan menengadahkan kedua telapak tangan
“Jika kamu meminta kepada Allah maka mintalah dengan menengadahkan telapak tangan, dan janganlah kamu memintanya dengan menengadahkan punggung telapak tangan.” Hadits riwayat Abu Dawud (1486) dari Malik bin Yasar. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud (1318)
Kaifiyatnya adalah dengan mengarahkan telapak tangan ke wajah sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Hadits riwayat Ath-Thabrani dalam kitab Al-Kabir (12234h/11) dari Ibnu Abbas. Dan diriwayatkan dari As-Saib bin Khallad. Silahkan lihat Shahih al-Jami’ (4721)
Atau dengan cara mengangkat tangan hingga nampak putih ketiaknya (bagian dalam ketiaknya).
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Tidaklah seorang hamba mengangkat kedua tangannya hingga nampak ketiaknya dan memohon suatu permohonan, kecuali Allah mengabulkan permohonannya itu … “
[ Hadits riwayat At-Tirmidzi (3603) dari Abu Hurairah. Silahkan lihat Shahih At-Tirmidzi (2853)]
Kaifiyat seperti itu menunjukkan ketergantungan seorang hamba kepada Allah, kebutuhannya kepada Allah, dan permohonannya yang sangat kepada-Nya.
4. Mulailah dengan mengucapkan hamdalah dan puji-pujian kepada Allah
Hal ini akan membuat doa kita lebih terkabulkan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengar seorang laki-Iaki berdoa dalam shalatnya dan dia tidak mengagungkan Allah dan tidak bershalawat atas Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Orang ini terburu-buru.” Kemudian Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam memanggilnya dan bersabda:
“Jika salah seorang dari kalian shalat, hendaklah ia memulainya dengan mengucapkan hamdalah serta puja dan puji kepada Allah, kemudian bershalawat atas Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian setelah itu ia berdoa apa yang ia inginkan.”
[Hadits riwayat Abu Dawud (1481) dan An-Nasaa’i (44/3) dan At-Tirmidzi (3477) dan dishahihkannya, dari Fudhalah bin ‘Ubaid. Silakan lihat Shahih Abu Dawud (1314)]
5. Jangan lupa bershalawat atas Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam
“Semua doa terhalang, sehingga diucapkan shalawat atas Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.”
Hadits riwayat Ad-Dailami didalam Musnad Al-Firdaus (111/4791) dari ‘Ali, dalam hadits lain diriwayatkan dari Anas. Dan diriwayatkan juga dari ‘Ali secara mauquf yang diriwayatkan Ath-Thabrani dalam Al-Ausath, dan Al-Baihaqi didalam Asy-Syu’ab. Al-Haitsami dalam Al-Majma’ (X/16o):
“Para perawinya tsiqct.” Silakan lihat Shahih al-Jami’ (4523).
6. Mulailah dengan berdoa untuk diri sendiri terlebih dulu
“Ya Rabbi! ampunilah aku dan kedua ibu bapakku.” (QS. Nuh: 28)
7. Bersungguh-sungguh dalam meminta
Jangan ragu dalam berdoa, atau mengucapkan pengecualian, “jika engkau berkehendak ya Allah, berikanlah kepadaku ini dan ini.” Doa seperti itu dilarang karena tidak ada sesuatupun yang dapat memaksa kehendak Allah.
8. Menghadirkan hati dalam berdoa
“Berdoalah kepada Allah sementara kalian yakin doa kalian akan dikabulkan, ketahuilah sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai dan lengah.”
[Hadits riwayat At-Tirmidzi (3479) dan Al-Hakim (493/1) dari Abu Hurairah. Silahkan lihat Shahih Sunan At-Tirmidzi (2766)]
9. Gunakan kata-kata singkat dan padat serta doa-doa yang ma’tsur
10. Bertawasullah dengan Nama dan Sifat-sifat Allah
“Hanya milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu.” (QS. Al’Araf: 180)
Atau bertawasul dengan amal shalih yang telah dia lakukan, sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih yang masyhur tentang tiga orang yang terperangkap di dalam goa. Atau bertawasul melalui doa orang shalih yang berdoa untuknya.
Dan dalil-dalil yang menunjukkan hal ini sangat banyak sekali dalam Al-Quran maupun Sunnah Nabi.
11. Memperbanyak ucapan “Yaa Dzal Jalaali wallkram”
“Ulang-ulangilah ucapan Yaa Dzal Jalaali Wal Ikraam.”
Hadits riwayat At-Tirmidzi (3525) dan yang lainnya. Dari Anas. Lihat dalam Shahih At-Tirmidzi (2797). Dan diriwayatkan juga dari hadits Rabi’ah
Yaitu selalu ucapkan dan perbanyaklah ucapan itu dalam doa-doa kalian. Karena hal itu merupakan kata-kata pujian yang sangat tinggi bagi Allah. Dan memperbanyaknya akan membantu terkabulnya doa.
12. Mencari waktu-waktu yang mustajab dan tempat-tempat yang utama
Ada beberapa waktu dan tempat yang mustajab untuk berdoa yang telah disebutkan dalam sejumlah nash syar’i. Dan sebaiknya orang yang berdoa mencari waktu tersebut dan memperbanyak doa pada waktu-waktu tersebut.
Di antaranya adalah waktu antara adzan dan iqamah, di dalam shalat, seusai mengerjakan shalat-shalat fardhu, di sore hari, ketika berbuka puasa, di bagian akhir malam, sesaat pada hari jumat yaitu saat-saat terakhir pada hari jumat, hari-hari di bulan Ramadhan, sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah, pada hari ‘Arafah, pada waktu mengerjakan haji, ketika sedang berpuasa, saat berbuka, di medan perang, di saat hujan turun, di tempat ribath serta waktu-waktu dan tempat-tempat lainnya yang disebutkan dalam atsar.
13. Memperbanyak doa pada saat-saat lapang
Perbanyaklah doa pada saat lapang supaya Allah mengabulkan permintaan kita pada saat-saat sempit. Termasuk hikmah Allah dalam menakdirkan suatu bala/musibah, bahwa Allah suka mendengarkan rintihan seorang hamba kepada-Nya. Dan suka melihat mereka kembali kepada-Nya pada saat-saat sempit.
Apabila seorang insan bertadharru’ pada saat-saat lapang, niscaya akan segera dikabulkan permintaan-permintaannya di saat ia dalam kesempitan.
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
“Barangsiapa suka Allah mengabulkan doanya pada saat-saat sempit dan sulit hendaklah ia banyak-banyak berdoa pada saat-saat lapang.”
[ Hadits riwayat At-Tirmidzi (3382) dan Al-Hakim (1/544) dan dishahihkanya, lalu disetujui oleh Adz-Dzahabi dari Abu Hurairah. Silahkan lihat dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi(2693)]
- shalihah.com -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar