jika suatu hari suamimu mendapat tugas untuk pergi beberapa hari, apa yang kau siapkan?
lalu bagaimana jika ternyata ia pergi untuk selamanya?...
malam itu terjadi sebuah percakapan antara seorang wanita dengan suaminya yang sedang bersiap-siap untuk keperluannya keluar kota beberapa hari meninggalkan istri dan anak-anaknya dirumah.
istri: "bah, malam ini babah mau kemana?"
suami: "ndak kemana-mana, kenapa sayang?"
istri: "ga apa-apa, mamah cuma mau menghabiskan waktu malam ini bersama babah"
suami: "waduh, kaya babah mau mati aja..."
si suami menanggapi jawaban istrinya dengan tertawa, sedikit mengejek ke 'lebay' an sang istri.
tapi si istri justru menanggapi dengan serius..
istri: "kita kan ga tau umur bah... jika babah pulang, alhamdulillah..berarti Allah masih mengizinkan kita untuk berkumpul lagi, namun jika tidak..minimal mamah sudah memanfa'atkan waktu yang tersisa untuk mamah habiskan bersama babah".
namun kata-kata wanita itu seperti menggantung di udara, pikirannya menyambar kalimat yang barusan diucapkannya..
ada percakapan lain menyambung di benaknya, percakapan antara dia dan dirinya.
dia: "kenapa aku selalu seperti ini? dilanda kecemasan dan kesedihan tiap kali ditinggal suamiku, meski hanya untuk beberapa hari..".
dirinya: "sebenarnya apa yang kau cemaskan? kehilangan dirinya?...bukankah kau sendiri yang mengatakan, bahwa tak akan ada yang tahu umur seseorang, saat di dekatmu ataupun jauh darimu, jika ajalnya datang, toh ia tetap akan meninggalkanmu.."
dia: "jika didekatku, minimal bisa kurasakan detik-detik perpisahan itu dengan menyiapkan hati, namun jika jauh..rasanya tak rela ia pergi tanpa kulihat pandangan terakhirnya melambai padaku".
dirinya: "betapa banyak orang yang selalu berada disisi kekasihnya saat menunggu detik-detik terakhir, namun justru saat hembusannya berakhir..ia lengah dari pantauan"
dia: "maksudnya?.."
dirinya: "ya, seperti katamu, tak ada yang tau kematian, kecuali Dia yang memiliki kematian itu sendiri, itu sudah jadi rahasia-Nya, jadi tak ada seorangpun yang bisa mengatur..kapan dan dimana, saat apa dan bagaimana ia siap berpisah dengan orang yang ia sayang".
ia mulai membenarkan kenyataan yang disingkap oleh dirinya, kenyataan yang selama ini berusaha ia tutupi dan tak perdulikan. dan sebelum ia mulai berusaha membantah.. dirinya kembali menghujaninya dengan pertanyaan dan pernyataan.
dirinya: "sebenarnya apa yang kau takutkan dari kepergian suamimu? kau takut kehilangan cinta dan kasih sayangnya? kau merasa bahwa selama ini hanya suamimu lah tempat kau melabuhkan segala rasa dan menambatkan kasih sayang yang berlimpah?..
ketahuilah bahwa tanpa sadar kau telah lancang berkhianat kepada Dia yang menjadikan kau dan suamimu saling mencinta,
Dia yang membuat suamimu mengikat kau dalam janji yang ia ucapkan sebagai 'miitsaaqan gholiizho' (perjanjian yang berat).
Dia yang karena-Nya suamimu selalu memenuhi tanggung jawab dan hak-hakmu sebagai orang yang Dia amanahkan kepadanya.
Siapakah seharusnya yang lebih berarti untuk kau cinta selain orang yang menganugerahkanmu cinta? tanpa-Nya, tiadalah rasa yang terpupuk antara kau dan suamimu.."
ia semakin terhenyak, dibiarkannya dirinya lebih jauh 'berceramah'..
dirinya: "trus jika yang kau cemaskan adalah tentang.. 'siapa yang akan menanggung hidupmu dan anak-anakmu sepeninggalnya...sementara kau hanya wanita yang terbiasa dirumah bergelut dengan anak-anak dan tak pernah nencicipi dunia 'bekerja'..
jika itu yang kau tanya.. mari berpikir jernih, siapakah yang memiliki dunia dan seisinya ini?
jika kau yakin bahwa ada Allah yang maha pencipta, Ia yang telah menetapkan takdir seseorang bahkan jauh sebelum orang itu terlahir kedunia, lalu..apa yang kau cemaskan? bukan suamimu yang memberi rezki untukmu, tapi Dia yang maha memiliki, maka jika suamimu meninggalkanmu.. Sesungguhnya Dia Maha Hidup dan tak akan pernah mati selamanya..."
ia semakin merasa disadarkan....
dirinya: "terakhir...dan jika yang kau sedihkan, adalah berpisah dengannya..orang yang begitu banyak telah kau habiskan waktu bersamanya, meniti hari dengan jalinan manis penuh bahagia, menuntun tangan-tangan mungil anak-anaknya dalam dekapan dengan senyum bakti pengabdian atas amanah yang dipercayakannya, dan kau tak ingin ini berakhir seiring kepergiannya..."
ia menangis..airmatanya meleleh, tak kuasa membayangkan jika itu benar2 terjadi..haruskah kenangan indah itu pupus dan tinggal memori yang selalu dan kemungkinan besar senantiasa akan menguras airmatanya..
dia: "aku mencintainya, mengasihinya, menyayanginya, dan tak ingin ini berakhir meski maut memisahkan kami berdua..."
dirinya: "tahukah kau hadits Rasulullah yang mengabarkan bahwa 'seseorang kelak diakhirat akan dikumpulkan dengan orang yang ia cintai'? lalu apa yang kau sedihkan? sebagai seorang muslimah seharusnya kau meyakini itu, meyakini ada kehidupan setelah kematian..ada alam lain menunggu saat alam dunia telah ditinggalkan...dan kisah kalian, tidak akan berakhir diputus oleh kematian. Namun memang tidak semua hal bisa berjalan sesuai dengan harapan yang kita inginkan..karena kita tak pernah tahu dimana kesudahan kita berada..."
ia yang sesaat mulai merasa terhibur, kembali menciut hatinya menyadari...tak semudah harapan, impian bisa jadi kenyataan.
dirinya: "tapi jangan takut, sekali lagi...kau seorang muslimah, seorang yang punya iman dan keyakinan, kau punya kesempatan untuk mengusahakan itu bersama suamimu, mengupayakan keridha an-Nya dan memohon agar kelak dikumpulkan bersama orang yang kau cintai ditempat impian semua orang di akhirat kelak..
Bersama, kalian masih diberi waktu untuk mengumpulkan benih-benih pahala sebagai bekal 'behuma' yang akan kau tuai hasilnya bersama disurga-Nya nanti, selagi masih ada kesempatan dan kemampuan, ayo jangan sia-siakan.
Dan jika ternyata kepergian suamimu begitu cepat datang merenggut keindahan yang masih belum siap -dan ku yakin siapapun jika ditanya, semua akan menjawab tak akan pernah siap- kau lepaskan... ikhlaskanlah, qaddarallah wa maa syaa`a fa'ala (sungguh itu telah ditakdirkan oleh Allah, dan apa saja yang ia kehendaki, niscaya akan Ia kerjakan)...
yakinlah itu bukan perpisahan yang sejati, raga memang fana, tapi cinta karena-Nya, -yang dilandasi ridha dan ketaatan kepada-Nya-, ia akan kekal hingga ke hadapan-Nya, saat-saat indah mendapat naungan-Nya, dihari dimana tidak ada naungan selain naungan-Nya.
karena termasuk 7 golongan yang akan Allah beri naungan pada hari itu..adalah dua orang yang saling mencintai karena Allah, mereka bertemu karena Allah, dan mereka merelakan perpisahan karena Allah.."
dia: "ya Allah ... terima kasih Kau telah menyadarkan ku, lewat sebongkah iman yang bersemayam dan menjadi keyakinanku, jangan biarkan ia tercerabut dari diri ini, hanya karena ketakutan dan kecemasan ditinggal seseorang yang ku akui, sangat ku sayangi, maafkan aku..tak seharusnya ku ragukan Kekuasaan-Mu, tak ada didunia ini...melainkan aku hanya menjalani apa yang Kau telah gariskan untukku, termasuk menerimanya sebagai pendamping hidup, dan membiarkannya memiliki hatiku, sampai tak sadar..hampir tak bersisa rasa untuk sekedar mengakui, tanpa Kau...tak akan ada dia disana.
wanita itu mengusap tetes-tetes yang tersisa di sudut matanya, dengan penuh lega, sesungging senyum dipandanginya wajah sang suami yang telah tertidur lelap sedari tadi, -mempersiapkan stamina untuk memulai keberangkatannya besok subuh-, tanpa tahu perdebatan istrinya dengan perasaannya sendiri dalam diam.
Andai tahu...entahlah, mungkin dia cuma akan berkomentar: "jangan lebay" ..tentu saja dengan tawa 'sedikit menggodanya', soalnya dia paham se mengerti-mengertinya, bahwa istrinya...termasuk orang yang sering ber 'lebay-lebay' sendiri, jadi ia tak cemas dan tak terlalu khawatir..jika sekali-sekali, didapatinya istrinya terisak dalam tidur, dan saat ditanya..istrinya cuma bilang: "habis mimpi buruk bah"...heeee tu kan?
catatan ini kupersembahkan,
untuk siapapun yang masih sering di landa kecemasan..
jika ia yang disayang,
tiba-tiba harus 'hilang'
semoga saat itu datang...
kita semua telah siap menghadang
(tentu saja dengan penuh keikhlasan)
copas from:
http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150279862747228
Tidak ada komentar:
Posting Komentar