Laman

Jumat, 02 September 2011

Kematian Terindah




Saudaraku seiman, saya ingin menceritakan kisah ini kepada anda sekalian, yang didalamnya terkandung nasehat dan pelajaran. Maka janganlah ragu, dan jangan segan-segan untuk mengirimkannya kepada orang-orang yang anda cintai, dan mendo’akan orang yg telah menulis, membaca dan mengutipnya.

Ya sebuah kisah yang menceritakan detik-detik terakhir wafatnya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Wafatnya Nabi kita tercinta Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Sebuah kisah yang sangat mengagumkan dan menggetarkan dada orang-orang yg beriman. Maka simaklah detik-detik yang mengharukan berikut ini.

Sebelum beliau wafat, beliau melakukan haji terakhir yang disebut sebagai haji wada’ (haji perpisahan). Saat beliau melakukan ibadah tersebut turunlah firman Allah Ta'ala yang artinya:

”Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan nitmat-Ku dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”
(QS. al-Maidah:3)

Maka menangislah Abu Bakar as Shiddiq. Bersabdalah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam kepadanya: “Apa yg membuatmu menangis dalam ayat tersebut?” Abu Bakar menjawab: ”Ini adalah berita kematian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam.”

Kembalilah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dari haji wada’ dan kurang dari tujuh hari wafat beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, turunlah ayat al-Qur’an paling akhir yang artinya: “Dan peliharalah dirimu dari (azab yg terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS.al-Baqarah:281)

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam mulai menampakkan sakit beliau. Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam berkata: ”Aku ingin mengunjungi syuhada ‘Uhud”, maka beliaupun berangkat pagi menuju syuhada ‘Uhud di awal-awal bulan Shafar tahun 11 H. Lalu berdiri diatas makam para syuhada dan berkata:
”Assalamu’alaikum wahai syhada ‘Uhud, kalian adalah orang-orang yang mendahului kami dan kami insya Allah akan menyusul kalian, dan sesungguhnya aku, insya Allah akan menyusul kalian.”

Kemudian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam pulang sambil menangis. Maka para sahabat bertanya kepada Rasululah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam: “Apa yang membuat anda menangis wahai Rasulullah ?” Beliau bersabda: ”Aku merindukan saudara-saudaraku seiman.” Mereka berkata: ”Bukahkah kami adalah saudaramu seiman wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: ”Bukan, kalian adalah sahabat-sahabatku, adapun saudara-saudaraku seiman adalah suatu kaum yg datang setelahku, mereka beriman kepadaku sedang mereka belum pernah melihatku.”

Saya berdoa kepada Allah mudah-mudahan kita semua termasuk mereka yang dirindukan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.

Pada hari senin 29 Shafar beliau menghadiri jenazah di Baqi’. Ketika pulang beliau merasakan pusing di kepala dan panas badannya meninggi. Maka beliaupun mulai sakit dan terus bertambah sakit. Selama sakitnya itu beliau tetap memimpin shalat selama 11 hari dari 13 atau 14 hari masa sakit beliau. Sejak kamis malam, 4 hari sebelum wafat beliau, pada waktu shalat Isya’, beliau meminta agar Abu Bakar menggantikannya dalam memimpin shalat.

Tiga hari sebelum beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam wafat, sakit beliau mulai mengeras. Beliau saat itu berada dirumah Sayyidah Maimunah. Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: ”Kumpulkanlah istri-istriku.” Maka berkumpullah istri-istri beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau bersabda kepada mereka: ”Apakah kalian mengizinkan aku untuk tinggal di rumah ‘Aisyah?” Maka mereka menjawab: ”Kami mengizinkan anda wahai Rasulullah.”

Kemudian beliau berkeinginan untuk berdiri, akan tetapi beliau tidak mampu. Datanglah ‘Ali ibn Abi Thalib, dan al-Fadl ibn al-‘Abbas. Maka merekapun membopong Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, lalu mereka memindahkan beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dari kamar Maimunah menuju kamar ‘Aisyah.

Adapun para sahabat, baru pertama kali ini mereka melihat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dibopong di atas dua tangan. maka berkumpullah para sahabat dan mereka berkata: ”Apa yang terjadi pada Rasulullah, apa yang terjadi pada Rasulullah?”

Mulailah manusia berkumpul di dalam masjid. Masjidpun mulai penuh dengan para sahabat. Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dibawa menuju rumah ‘Aisyah. Mulailah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mencucurkan keringat, berkeringat dan berkeringat. Berkatalah ‘Aisyah : ”Sungguh belum pernah aku melihat ada seorang manusia yg berkeringat deras seperti ini. ”Maka dia mengambil tangan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan dengannya dia mengusap keringat beliau. (Maka mengapakah dia mengusap keringat dengan tangan beliau dan tidak mengusapnya dengan tangannya sendiri?) ‘Aisyah berkata: ”Sesungguhnya tangan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam lebih lembut dan lebih mulia daripada tanganku, oleh karena itulah aku mengusap keringat beliau dengan tangan beliau dan tidak dengan tanganku.” (Ini adalah sebuah penghormatan terhadap Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam)

‘Aisyah berkata: ”Aku mendengar beliau berkata:”Laa Ilaha illallah, sesungguhnya kematian itu memiliki sekarat, Laa Ilaha illallah, sesungguhnya kematian itu memiliki sekarat.”





Mulailah suara-suara di dalam masjid meninggi. Bersabdalah Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam: ”Apa ini?” Berkatalah ‘Aisyah: “Sesungguhnya manusia mengkhawatirkan anda wahai Rasulullah. ”Beliaupun bersabda: ”Bawalah aku kepada mereka.” Maka beliau berkehendak untuk bangun, akan tetapi tidak mampu. maka para sahabat menyiramkan tujuh qirbah (timba) air kepada beliau hingga beliau bangkit, dan membawa beliau naik ke atas mimbar.

Jadilah khutbah tersebut adalah khutbah terakhir beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, menjadi kalimat terakhir Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan doa terakhir Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Beliau bersabda: ”Wahai manusia, kalian mengkhawatirkan aku?” Mereka menjawab:” Ya, wahai Rasulullah.” Bersabdalah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam: ”Sesungguhnya tempat perjanjian kalian dengan aku bukanlah di dunia, tempat perjanjian kalian denganku adalah di haudh (telaga). Demi Allah, sungguh seakan-akan aku sekarang sedang melihat kepadanya di depanku ini. Wahai manusia, demi Allah, tidaklah kefakiran yang aku khawatirkan atas kalian, akan tetapi yang aku khawatirkan adalah dibukanya dunia atas kalian, sehingga kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya, sebagaimana orang-orang sebelum kalian telah berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Maka dunia itu akan membinasakan kalian sebagaimana dia telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.”

Kemudian beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: ”Allah Allah, shalat, Allah Allah, shalat.” (maksudnya; Aku bersumpah demi Allah terhadap kalian agar kalian menjaga shalat) beliau terus mengulang-ulangnya, lantas bersabda: ”Wahai manusia, bertakwalah kalian terhadap kaum wanita, aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik terhadap kaum wanita.”

Kemudian beliau bersabda: ”Wahai manusia, sesungguhnya ada seorang hamba, yang Allah Ta'ala telah memberikan pilihan kepadanya antara dunia dan antara apa yang ada di sisi-Nya, maka dia memilih apa yang ada di sisi-Nya."

Tidak ada yang memahami siapakah yang dimaksud dengan seorang hamba oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam tadi, padahal yang dimaksud oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam adalah diri beliau sendiri. Allah telah memberikan pilihan kepada beliau dan tidak ada seorangpun yang paham selain Abu Bakar. dan kebiasaan para sahabat saat beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam sedang berbicara adalah mereka diam, seakan-akan ada seekor burung yang bertengger di atas kepala mereka. maka saat Abu Bakar mendengar perkataan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, dia tidak mampu menguasai dirinya, dengan serta merta dia menangis dengan sesengukan, dan ditengah masjid dia memotong pembicaraan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, dia berkata: ”Kami tebus anda dengan bapak-bapak kami wahai Rasulullah, kami tebus anda dengan ibu-ibu kami wahai Rasulullah, kami tebus anda dengan harta-harta kami wahai Rasulullah.” Dia mengulang-ulangnya, sementara para sahabat melihat kepadanya dengan pandangan heran, bagaimana dia berani memotong khutbah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam?”






Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: ”Wahai manusia, tidak ada seorangpun diantara kalian yang memiliki keutamaan di sisi kami melainkan kami telah membalasnya, kecuali Abu Bakar, aku tidak mampu membalasnya, maka aku tinggalkan balasannya kepada Allah. Setiap pintu masjid ditutup kecuali pintu Abu Bakar tidak akan di tutup selamanya.”

Kemudian mulailah beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam berdo’a untuk mereka dan berkata pada akhir do’a beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam sebelum wafat: ”Mudah-mudahan Allah menetapkan kalian, mudah-mudahan Allah menjaga kalian, mudah-mudahan Allah menolong kalian, mudah-mudahan Allah meneguhkan kalian, mudah-mudahan Allah menguatkan kalian, mudah-mudahan Allah menjaga kalian.”

Dan kalimat terkahir yang beliau sampaikan sebelum beliau turun dari atas mimbar sambil menghadapkan wajah beliau kepada ummat dari atas mimbar adalah: ”Wahai manusia sampaikanlah salamku kepada orang yang mengikutiku diantara ummatku hingga hari kiamat.”Setelah itu beliaupun dibawa kembali ke rumah beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.

Masuklah Abdurrahman ibn Abu Bakar, dan ditangannya ada sebatang siwak. Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam terus melihat kearah siwak tersebut, tetapi tidak mampu berkata aku menginginkan siwak. ‘Aisyah ra berkata: ”Aku paham dari pandangan kedua mata beliau, bahwa beliau menginginkan siwak tersebut. Maka aku ambil siwak itu darinya (yakni Abdurrahman ibn Abu Bakar), kemudian aku letakkan dimulutku, agar aku melunakkannya untuk Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, kemudian aku berikan siwak tersebut kepada beliau. Maka sesuatu yang paling akhir masuk ke dalam perut Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam adalah air ludahku.” ‘Aisyah berkata: ”Termasuk sebuah keutamaan dari Rabb-ku atasku adalah Dia telah mengumpulkan antara air ludahku dengan air ludah Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam sebelum beliau wafat.”

Kemudian masuklah putri beliau Fathimah pada waktu dhuha di hari Senin 12 Rabi’ul awal 11 H, lalu dia menangis saat masuk kamar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Dia menangis karena biasanya setiap kali dia masuk menemui Rasullullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau berdiri dan menciumnya di antara kedua matanya, akan tetapi sekarang beliau tidak mampu berdiri untuknya. Maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda kepadanya: ”Mendekatlah kemari wahai Fathimah. ”Beliaupun membisikkan sesuatu di telinganya, maka dia pun menangis. Kemudian beliau bersabda lagi untuk kedua kalinya:” Mendekatlah kemari wahai Fathimah. ”Beliaupun membisikkan sesuatu sekali lagi, maka diapun tertawa.

Maka setelah kematian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, mereka bertanya kepada Fathimah: “Apa yg telah dibisikkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam kepadamu sehingga engkau menangis, dan apa pula yang beliau bisikkan hingga engkau tertawa?” Fathimah ra berkata: ”Pertama kalinya beliau berkata kepadaku:” Wahai Fathimah, aku akan meninggal malam ini. ”Maka akupun menangis. Maka saat beliau mendapati tangisanku beliau kembali berkata kepadaku: ”Engkau wahai Fathimah, adalah keluargaku yang pertama kali akan bertemu denganku.” Maka akupun tertawa.

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam memanggil Hasan dan Husain, beliau mencium keduanya dan berwasiat kebaikan kepada keduanya. Lalu Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam memanggil semua istrinya, menasehati dan mengingatkan mereka. Beliau berwasiat kepada seluruh manusia yang hadir agar menjaga shalat. Beliau mengulang-ulang wasiat itu.

Lalu rasa sakitpun terasa semakin berat, maka beliau bersabda: ”Keluarkanlah siapa saja dari rumahku.” Beliau bersabda: ”Mendekatlah kepadaku wahai ‘Aisyah!” Beliaupun tidur di dada istri beliau ‘Aisyah. ‘Aisyah berkata: ”Beliau mengangkat tangan beliau seraya bersabda: ”Bahkan Ar-Rafiqul A’la bahkan Ar-Rafiqul A’la.” Maka diketahuilah bahwa disela-sela ucapan beliau, beliau disuruh memilih diantara kehidupan dunia atau Ar-Rafiqul A’la.

Masuklah malaikat Jibril menemui Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam seraya berkata: ”Malaikat maut ada di pintu, meminta izin untuk menemuimu, dan dia tidak pernah meminta izin kepada seorangpun sebelummu. ”Maka beliau berkata kepadanya: ”Izinkan untuknya wahai Jibril. ”Masuklah malaikat Maut seraya berkata: ”Assalamu’alaika wahai Rasulullah. Allah telah mengutusku untuk memberikan pilihan kepadamu antara tetap tinggal di dunia atau bertemu dengan Allah di Akhirat. ”Maka Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: ”Bahkan aku memilih Ar-Rafiqul A’la (Teman yg tertinggi), bahkan aku memilih Ar-Rafiqul A’la, bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah yaitu: para nabi, para shiddiqiin, orang-orang yg mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah rafiq (teman) yang sebaik-baiknya.”

Aisyah menuturkan bahwa sebelum Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam wafat, ketika beliau bersandar pada dadanya, dan dia mendengarkan beliau secara seksama, beliau berdo’a:

“Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku dan susulkan aku pada ar-rafiq al-a’la. Ya Allah (aku minta) ar-rafiq al-a’la, Ya Allah (aku minta) ar-rafiq al-a’la.” Berdirilah malaikat Maut disisi kepala Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam- sebagaimana dia berdiri di sisi kepala salah seorang diantara kita- dan berkata: ”Wahai roh yang bagus, roh Muhammad ibn Abdillah, keluarlah menuju keridhaan Allah, dan menuju Rabb yg ridha dan tidak murka.”

Sayyidah ‘Aisyah berkata: ”Maka jatuhlah tangan Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, dan kepala beliau menjadi berat di atas dadaku, dan sungguh aku telah tahu bahwa beliau telah wafat.” Dia berkata:”Aku tidak tahu apa yanag harus aku lakukan, tidak ada yg kuperbuat selain keluar dari kamarku menuju masjid, yang disana ada para sahabat, dan kukatakan: ”Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat. ”Maka mengalirlah tangisan di dalam masjid. Ali bin Abi Thalib terduduk karena beratnya kabar tersebut, ‘Ustman bin Affan seperti anak kecil menggerakkan tangannya ke kanan dan kekiri. Adapun Umar bin al-Khaththab berkata:” Jika ada seseorang yang mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah meninggal, akan kupotong kepalanya dg pedangku, beliau hanya pergi untuk menemui Rabb-Nya sebagaimana Musa pergi untuk menemui Rabb-Nya.” Adapun orang yg paling tegar adalah Abu Bakar, dia masuk kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, memeluk beliau dan berkata: ”Wahai sahabatku, wahai kekasihku, wahai bapakku.” Kemudian dia mencium Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan berkata : ”Anda mulia dalam hidup dan dalam keadaan mati.”

Keluarlah Abu Bakarmenemui manusia dan berkata: ”Barangsiapa menyembah Muhammad, maka Muhammad sekarang telah wafat, dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah kekal, hidup, dan tidak akan mati.” Maka akupun keluar dan menangis, aku mencari tempat untuk menyendiri dan aku menangis sendiri.”

Inna lillahi wainna ilaihi raji’un, telah berpulang ke rahmat Allah orang yang paling mulia, orang yang paling kita cintai pada waktu dhuha ketika memanas di hari Senin 12 Rabiul Awal 11 H tepat pada usia 63 tahun lebih 4 hari. semoga shalawat dan salam selalu tercurah untuk Nabi kiat tercinta Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam.

Ya Allah, berikanlah rizqi kepada kami, syafaat kekasih kami Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan satu teguk air yang menyegarkan dari haudh (telaga) beliau dengan tangan beliau yang mulia.





----
(Dikutip dari majalah Qiblati edisi 07 tahun II)
http://abuzubair.wordpress.com/2007/07/21/kematian-terindah-dalam-sejarah-manusia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar