Tulisan ini saya buat setelah mendengarkan cerita seorang sahabat tentang anaknya yang berbicara kasar kepada orang lain. Setiap kali anaknya berbicara kasar, respon yang diberikan oleh sahabat saya adalah memarahi anaknya agar kata-kata itu tidak diucapkan lagi. Mungkin hal ini juga yang akan dilakukan oleh kebanyakan orang tua.
Tapi, apakah memang benar seperti itu? Apakah dengan cara seperti itu anak tidak akan mengucapkan kembali kata-kata kasar?
Sebenarnya mengapa anak kita berbicara kasar?
Yang dimaksud dengan kata kasar disini meliputi kata-kata yang ditujukan untuk melecehkan dan menyakiti orang lain, maupun kata-kata yang berhubungan dengan seksual
-Alasan utama anak berbicara kasar adalah anak ingin mencari perhatian . Karena ketika mengucapkan kata-kata kasar, umumnya orang tua akan memberikan perhatian kepada anak
-Untuk mengagetkan orang tua. Merupakan sesuatu hal yang menyenangkan untuk anak ketika berhasil membuat orang dewasa terkejut, dan ini membuat anak merasa superior dibandingkan orang dewasa
-Ada juga anak-anak yang mengucapkan kata-kata kasar untuk melepaskan kemarahan atau perasaan frustasi yang dialaminya, dengan demikian ketegangan yang dialaminya berkurang
-Anak juga seringkali mengucapkan kata-kata kasar karena ingin diterima oleh teman-temannya karena mereka juga berbicara seperti itu.
Bagaimana mencegah agar anak kita tidak berbicara kasar ?
Kalau kita ingin anak kita memiliki tutur kata yang baik, tentunya kita juga harus memberikan contoh bagaimana bertutur kata yang baik. Sama seperti tulisan yang dimuat sebelumnya “hati-hati anak anda mengamati dan mencontek anda”. Dalam keadaan seperti apapun, orang tua harus memberikan contoh bagaimana bertutur kata baik, termasuk ketika marah, kesal atau dalam keadaan tidak menyenangkan, karena anak mengamati dan mempelajari dari apa yang dikatakan dan dilakukan orang tua.
Sekarang bagaimana kalau anak terlanjur mendengarkan kata-kata kasar dan ikut mengucapkannya, apa yang harus kita lakukan?
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengabaikannya. Karena kebanyakan anak mengucapkan hal itu tidak tahu artinya dan hanya ingin mencari perhatian orang tua. Jika anak kemudian melihat kita tidak merespon apa yang ia ucapkan, ia tidak akan mengulangi menyebutkan kata-kata kasar tersebut.
Pakai metode “menanyakan lagi”. Karena salah tujuan anak mengucapkan kata-kata kasar ingin membuat orang tua kaget dengan kata-kata kasar yang diucapkannya. Maka, dari pada orang tua merasa terkejut dan terganggu dengan apa yang diucapkan anak, jika anak sudah bisa diajak diskusi, lebih baik orang tua menerapkan metode “menanyakan lagi” . misalnya ketika anak mengatakan “ sialan” orang tua bisa menanyakan “ apa artinya kata itu? Ummi atau abi tidak mengerti” ketika ditanyakan seperti itu, biasanya anak akan kebingungan dan nantinya akan meninggalkan kebiasaannya berkata kasar.
Ketika orang tua mendapati bahwa anak mengucapkan kata-kata kasar karena sedang mengalami frustasi. Cobalah berempati pada anak, katakan bahwa yang ia alami mungkin terasa berat, tapi ummi dan abi akan coba bantu.
Cara lain yang bisa dipakai, orang tua mencatat berapa kali dalam sehari anak mengucapkan kata-kata kasar. Lalu katakan pada anak, ummi akan buat catatan, kalau setiap jam kamu tidak mengucapkan kata-kata kasar, ummi akan memberi tanda bintang di catatan ini. Nanti semakin banyak tanda bintang yang kamu kumpulkan, ummi akan ajak kamu jalan-jalan. Ummi atau abi juga jangan lupa untuk memuji anak setiap kali ia tidak mengucapkan kata-kata kasar dalam setiap jam atau dalam waktu yang telah ditentukan. Dengan demikian, karena yang direspon oleh orang tua adalah ketika anak berkata baik, maka ia akan mengulang terus untuk berkata baik.
Ingat: anak akan mengulangi perilaku yang mendapatkan respon dari orang tua, jadi responlah perilaku yang baik dari anak bukan malah sebaliknya.
Note: Tulisan ini dibuat bukan untuk mengatakan bahwa sahabat saya salah, tetapi sebagai orang tua seringkali kita juga tidak tahu harus merespon seperti apa terhadap perilaku anak-anak kita. Maklumlah ketika menjadi orang tua, sebelumnya kita tidak pernah mendapatkan sekolah khusus. Mudah-mudahan artikel ini bermanfaat.
(av/voa-islam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar