Laman

Jumat, 20 April 2012

Faedah Dzikir # 3


Dzikir itu mengimbangi (pahala) menebaskan pedang dalam perang di jalan Allah ditambah harta yang dikeluarkan serta bekal yang dibawa di atas kuda perang fisabilillah.

Dzikir adalah pokok kesyukuran. Tidak dikatakan bersyukur kepada AllahTa’ala selama belum dzikir kepada-Nya.

Makhluk yang paling mulia di sisi Allah Ta’ala adalah dari kalangan orang-orang yang beriman yang lisannya selalu basah karena dzikir kepada-Nya. Maka dia menjadi orang yang diteguhkan dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.. Dzikirnya dijadikan cirri khasnya, dan ketaqwaan menjadi sebab dirinya masuk surga dan selamat dari api neraka.

Tiada yang bisa menghilangkan sifat kekerasan hati kecuali dzikir kepada Allah Ta’ala. Seseorang berkata kepada Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah, “Wahai Abu Sa’id, aku mengadukan kepada engkau tentang kerasnya hatiku?” Dia menjawab, “Lembutkan dengan dzikir.”

Dzikir adalah kesembuhan dan obat bagi hati. Lalai adalah penyakitnya. Hati yang sakit, maka kesembuhan serta obatnya ada dalam dzikir kepada Allah Ta’ala.

Dzikir adalah asas sikap loyal terhadap Allah Ta’ala sebagai satu-satunya penolong, sedangkan lalai adalah dasar sikap permusuhan dengan-Nya. Seorang hamba senantiasa dzikir kepada Rabbnya sampai mencintai-Nya dan menjadikan-Nya satu-satunya penolongnya, atau dia terus melupakan-Nya sampai membenci dan memusuhi-Nya.

Tidak ada yang sebanding dengan dzikir dalam perkara mendatangkan yang mengundang kenikmatan Allah dan menghindarkan dari siksa-Nya. Maka dzikir benar-benar pendatang kenikmatan dan penolak siksaan. Sebagian salaf berkata: “Alangkah buruknya melupakan Dia yan tidak pernah lupa memberimu kebajikan.”

Dzikir menjadi sebab mendapatkan shalawat dari Allah Azza wa Jalladan dari para malaikat-Nya. Siapa saja yang Allah dan para malaikat-Nya bershalawt atasnya, maka dia telah beruntung dan menang yang sesungguhnya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا (٤١)وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلا (٤٢)هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلائِكَتُهُ

“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepadaAllah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan sore. Dialah yang memberi shalawat kepadamu dan malaikat-Nya.” (Qs Al-Ahzab: 41-43)


Barang siapa yang ingin tinggal dalam taman surga, hendaknya dia banyak tinggal dalam majelis dzikir. 

Majelis dzikir adalah taman surga.

Majelis dzikir adalah majelis para malaikat. Tiada majelis didunia ini yang menjadi majelis mereka, kecuali majelis yang didalamnya dzikir kepada Allah. Sebagaimana telah ada dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

إِنَّ لِلَّهِ مَلَائِكَةً يَطُوفُونَ فِي الطُّرُقِ يَلْتَمِسُونَ أَهْلَ الذِّكْرِ

“Sesungguhnya Allah itu memiki para malaikat yang selalu berkeliling dijalan-jalan untuk mencari ahli dzikir.”(Muttafaq alaih)

Allah Ta’ala membanggakan para ahli dzikir kepada para malaikat-Nya. Sebagaimana telah dikabarkan Sa’id Al-Khudri radhiallahu anhu, berkata, “Mu’awiyah keluar pergi menuju sebuah halaqah di masjid, lalu berkata, “Apa yang menjadikan kalian duduk disini?” mereka menjawab, “Kami duduk untuk berdzikir kepada Allah Ta’ala.” Dia berkata, “Apakah Allah tidak menjadikan kalian duduk, kecuali hanya untuk itu?” Mereka mejawab, “Allah tidak menjadikan kami duduk melainkan hanya untuk itu.” Dia berkata, “Sesungguhnya saya tidaklah meminta kalian bersumpah sebab menuduh kalian (berbohong).” Lalu Mu’awiyah melanjutkan “Tidak ada orang yang lebih sedikit mengambil hadits dari Rasullullah shallallahu alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam keluar menuju kesebuah halaqah para sahabatnya, lalu bersabda, ‘Apa yang menjadikan kalian duduk disini?’ Para sahabat menjawab, ‘Kami duduk untuk dzikir kepada Allah Ta’ala, memuji-Nya atas petunjuk-Nya untuk kami kepada islam dan dengan islam Dia menganugrahi kami dengan kehadiran engkau.’ Beliau bertanya, ‘Apakah Allah tidak menjadikan kalian duduk melainkan hanya untuk itu?’ Mereka menjawab, ‘Demi Allah Dia tidak menjadikan kami duduk melainkan hanya untuk itu.’ Beliau bersabda, ‘Ketahilah sesunggunya aku tidak bersumpah untuk menuduh kalian. Akan tetapi, Jibril alaihissalam telah datang kepadaku dan menyampaikan kepadaku bahwa Allah membanggakan kalian semua kepada para malaikat.’”(HR. Muslim)Ini adalah sebuah pembanggaan dari Ar Rabb, menunjukkan kemuliaan dzikir di sisi-Nya, kecintaan-Nya akan dzikir dan bahwasanya dzikir mempunyai kedudukan istimewa dibandingkan seluruh amalan lainnya.
Semua amal disyariatkan untuk menegakkan dzikir kepada Allah Azza wa Jalla. Sehingga maksud seluruh amal adalah mewujudkan dzikir kepada Allah Ta’ala.AllahAzza wa Jallaberfirman,

وَأَقِمِ الصَّلاةَ لِذِكْرِي

“Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.”(Qs Thaha: 14)

Disebutkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma bahwa dia ditanya, “Amal apakah yang paling utama?” Dia menjawab, “Mengingat Allah itulah yang terbesar”

Ahli suatu amal yang paling afdhal adalah mereka yang dalam amalnya itu paling banyak berdzikir kepada Allah Ta’ala. Maka, sebaik-baik puasa adalah yang paling banyak berdzikir kepada Allah Ta’ala dalam puasanya. 

Sebaik-baik para jama’ah haji adalah yang paling banyak berdzikir kepada Allah. Sebanyak-banyak orang yang bersedekah adalah yang paling banyak berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla, demikian dalam semua amal.

Senantiasa dzikir mampu menggantikan berbagai ibadah tathawwu’ (ibadah sunnah), baik yang bersifat badaniah maupun harta seperti haji tathawwu’. Hal itu ditegaskan dalam satu hadits dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa orang-orang fakir yang turut dalam hijrah datang kepada nabi shallallahu alaihi wa sallam, lalu mereka berkata, “Wahai Rasulullah , orang-orang kaya bisa melakukan berbagai amalan yang tinggi derajatnya dan menikmati kesenangan yang terus-menerus. Mereka menunaikan shalat sebagaimana kami menunaikan shalat. Mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa. Sedangkan mereka memiliki kelebihan harta yang bisa mereka gunakan untuk menunaikan ibadah haji, umrah, dan berjihad?” Beliau bersabda, “Maukah kuajarkan kepada kalian sesuatu yang dengannya kalian bisa mengejar orang yang mendahului kalian dan orang-orang di belakang kalian akan mendahului dengannya sehingga tiada seorang pun lebih utama dari pada kalian, kecuali orang yang melakukan apa-apa yang kalian lakukan?” Mereka menjawab, ‘Ya, wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda, ‘Bertasbihlah, bertahmidlah, dan bertakbirlah setiap usai shalat’.” (Muttafaq alaih)

Beliau menjadikan dzikir sebagai ganti dari berbagai ibadah yang luput dari mereka , seperti: haji, umrah, dan jihad. Beliau juga menyampaikan bahwa mereka ini akan bisa mengalahkan mereka itu dengan dzikir ini.

Dzikir kepada Allah Ta’ala adalah sesuatu yang paling besar yang mampu membantu seseorang untuk taat kepada-Nya. Dzikir membuat ketaatan menjadi sesuatu yang sangat dicintai seorang hamba, menjadikanya sangat mudah, sangat lezat, dan penyejuk mata baginya.

Dzikir kepada Allah Ta’ala merubah yang sulit menjadi mudah, merubah yang rumit menjadi sederhana, dan meringankan berbagai hal yang berat.

Dzikir kepada Allah Azza wa Jalla menghilangkan semua hal yang menakutkan dalam hati dan memiliki pengaruh yang menakjubkan dalam pencapaian rasa nyaman. Tiada sesuatu yang paling bermanfaat bagi orang yang mengalami rasa takut yang teramat sangat selain dzikir kepada Allah Ta’ala.

Dzikir memberi kekuatan, sehingga dia mampu melakukan apa-apa yang tidak mampu dia lakukan. 

Tidakkah anda melihat bagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallammengajarkan kepada putrinya (Fathimah) dan menantunya (Ali radhiallahu anhuma) agar bertasbih tiga puluh tiga kali, bertahmid tigapuluh tiga kali, dan bertakbir tiga puluh empat kali setiap malam bila keduanya hendak tidur. Pernah Fathimah meminta kepada beliau seorang pembantu dan mengeluhkan pekerjaanya menumbuk tepung,mengambil air, dan melakukan berbagai macam tanda bakti. Beliau mengajarkan hal itu kepadanya lalu bersabda, “Sesungguhnya itu lebih baik bagi kalian dari pada seorang pembantu”(HR Bukhari)

Maka dikatakan bahwa orang yang senantiasa dzikir itu akan mendapatkan kekuatan sepanjang hari nya sehingga tidak perlu lagi pembantu.

Semua amal untuk kepentingan akhirat selalu dalam bentuk diperlombakan. Orang-orang ahli dzikir adalah mereka yang menang dalam lomba itu.

Banyak dzikir kepada Allah Azza wa Jalla adalah pengaman dari kemunafikan. Maka sesunggunya orang yang munafik adalah orang yang sangat sedikir dzikir kepada AllahAzza wa Jalla. Allah Ta’alaberfirman tentang orang munafik,

وَلا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلا قَلِيلا

“Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah, kecuali sedikit sekali.” (An-Nisa: 142) 

 Ka’ab berkata, “Barang siapa banyak berdzikir kepada Allah , maka dia akan bebas dari kemunafikan.”




***
muslimah.or.id
dari buku Syarah Hisnul Muslim, Pensyarah : Majdi bin Abdul Wahhab Ahmad. Referensi dari terbitan Darul Falah dan Pustaka Ar Rayyan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar