Saudariku, bukalah sejenak mushaf Al-Qur’an dan pergilah untuk menyelami surat As-Syu’araa’ ayat 78-81 dan ayat 83-86. Didalam surat itu terdapat do’a Nabi Ibrahim kepada sang pencipta Al-Khaliq. Betapa indahnya dan santunnya nabi kita Ibrahim ‘alaihissalam sang kekasih Allah ketika berdo’a dan meminta kepada-Nya.
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam memulai do’anya dengan memberikan lima sanjungan kepada Sang Pengabul Permintaan.
“Allah-lah yang telah menciptaka aku, dan Dialah yang memberi hidayah kepadaku, dan Dialah zat yang memberi makanan untukku dan memberi minuman kepadaku, dan apabila aku sakit maka Dia juga yang menyembuhkan sakitku, dan Allah-lah zat yang mematikan aku, dan juga zat yang menghidupkan aku (kembali), dan Dia pulalah zat yang aku berharap akan mengampuni dosa-dosaku pada hari pembalasan.” (Qs. Asy-Syu’ara: 78-80)
Dalam ayat ini terdapat contoh bagaimana Nabi Ibrahim ‘alaihissalam berdoa. Beliau memulai do’anya dengan memberikan lima sanjungan kepada sang Khaliq. Sanjungan pertama mengatakan bahwa Allah adalah sang pencipta sekaligus sang pemberi petunjuk (hidayah dalam masalah agama), yang kedua adalah Dia-lah yang memberikan makanan dan minuman, yang ketiga adalah yang memberi kesembuhan dari berbagai penyakit, yang keempat adalah yang menghidupkan dan mematikan dan yang kelima adalah zat yang mengampuni dosa.
Kemudian beliau mengajukan lima permohonan.
“Ya Allah berilah kepadaku ilmu dan masukkanlah aku dari bagian orang-orang sholeh. Dan jadikanlah untukku menjadi manusia yang dipuji-puji banyak orang pada generasi setelahku. Ya Allah jadikan aku penghuni surga yang penuh kenikmatan. Dan ya Allah ampunilah ayahku, sesungguhnya dia orang yang tersesat. Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari manusia dibangkitkan.” (Qs. Asy-Syu’ara 83-86)
Allah mengabulkan semua permohonan nabi Ibrahim kecuali satu saja.
Berkaitan dengan permohonan pertama yaitu meminta ilmu maka Allah berfirman dalam surat An-Nisaa’ ayat 54 yang artinya, “Maka sungguh telah kami berikan kepada keluarga Ibrahim kitab suci yaitu ilmu.” Demikian pula Allah telah berfirman dalam surat Yusuf ayat 101 yang artinya, “Sesungguhnya Ibrahim di akhirat termasuk orang-orang yang sholeh.” Kemudian permohonan yang kedua telah Allah jelaskan dalam surat Shaafaat ayat 108 yang artinya, “Dan kami tinggalkan Ibrahim pujian yang baik dan ucapan yang baik bagi orang-orang setelahnya.” Permohonan yang ketiga telah Allah respon positif pula yaitu dalam surat Huud ayat 73 yang artinya, “Rahmat Allah dan keberkahan Allah untuk kalian wahai keluarga Ibrahim.” Akan tetapi berkaitan dengan permohonan yang keempat, Allah nyatakan tidak dapat dikabulkan yaitu diterangkan dalam surat At-Taubah ayat 114 yang artinya “Dan Ibrahim meminta maaf pada Allah tentang permohonan ampunan untuk ayahnya. Maka tatkala telah jelas bagi Ibrahim bahwa ayahnya adalah musuh Allah maka Ibrahim berlepas diri darinya.”
Kesimpulan
Maka adab do’a nabi Ibrahim ‘alaihissalam yaitu:
Menyanjung dan memuji Allah sang pencipta alam semesta sebelum memulai do’anya. An-Nawawii dalam kitabnya al-Adzkaar menyebutkan bahwasanya perjalanan Nabi dan Rasul serta orang-orang sholeh jika meminta hajat kepada Allah subhanahu wa ta’alaa, sebelum berdoa mereka bersegera untuk berdiri di hadapan Robbnya, lalu merapatkan telapak kaki mereka kemudian menghamparkan telapak tangan mereka dan mereka meneteskan air mata di pipi mereka. Maka mereka memulai dari bertobat dari maksiat dan membebaskan dari penyimpangan dari aturan syari’at dan mereka sembunyikan kekhusyuan dari hati mereka. Dan mereka merendahkan diri di hadapan Allah subhanahu wa ta’alaa. Lalu mereka menyanjung sesembahan mereka, mensucikan-Nya, dan mengagungkan-Nya, dan menyanjung dengan sanjungan-sanjungan yang menjadi hak-Nya. Baru setelah itu mereka bersemangat untuk berdoa.
Tidak menisbatkan keburukan pada Allah subhanahu wa ta’alaa. Sebagaimana nabi Ibrahim tidak menisbatkan sakit yang merupakan ciptaan Allah kepada Allah. Hal ini karena nabi Ibrahim merupakan hamba yang sangat santun, sopan serta beradab terhadap Robb-nya, sehingga dapat dilihat pada do’a diatas bahwa nabi Ibrahim tidak menisbatkan sakit kepada-Nya. Beliau berkata “Dan jika aku sakit, maka Alallah yang menyembuhkan aku”, tidak berkata “dan Ia lah Zat yang maha memberi sakit.” Walaupun senyatanya hal ini adalah benar, bahwasanya Allah-lah yang menciptakan kebaikan dan keburukan. Namun, hendaklah seorang hamba mengetahui dapat bersikap sopan, santun dan beradab terhadap Robb-nya.
Allah telah memuliakan umat ini dengan mengajari umat ini do’a semisal do’a nabi Ibrahim. Allah turunkan surat al-Fatihah untuk umat Muhammad shallallaahhu ‘alaihi wa sallam yang Allah mulai surat ini dengan sanjungan dan pengagungan sampai wa’iyaaka nasta’in ,sedangkan sisanya adalah do’a. Maka surat al-Fatihah adalah dalil diantara adab berdo’a adalah menyanjung Allah dahulu baru berdo’a dan meminta kepada Allah.
Duhai saudariku, seorang muslimah yang sholihah selalu memperhatikan amal dan perbuatan yang ia lakukan. Terlebih lagi dalam masalah berdo’a. Hendaknya kita beradab dalam melakukan do’a kepada Rabb Kita Tuhan Pencipta Alam Semesta, Penguasa Hari Pembalasan, dengan mencontoh do’a yang telah Allah ceritakan dalam Al-Qur’an. Semoga Allah beri taufik kepada kita semua agar dapat mengamalkan ilmu yang telah kita dapat ini.
Penyusun: Ummu Zubaidah Putrisia Hendra Ningrum Adiaty
Muroja’ah: Ust. Aris Munandar
Maroji’:
- Al-Qur’an Al-Karim
- Syarah Hisnul Muslim min Adkaari Alkitaabi wa Assunnati, buah karya Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qathani dengan pensyarah Majdi bin ‘Abdul Wahab Ahmad. hal. 22-23
- Rekaman Kajian Sabtu-Minggu pagi “Syarah Hisnul Muslim” oleh Ustadz Aris Munandar dengan penyelenggara takmir Masjid Al-Ashri Pogung Rejo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar