Penulis: Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc.
بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين و صلى الله و سلم و بارك على نبينا محمد و آله و صحبه أجمعين, أما بعد
Bagi yang masih hidup perbanyaklah mengingat mati…karena;
1. Mengingat mati adalah ibadah yang sangat dianjurkan,
عَنْ  أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله  عليه وسلم- « أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ ». يَعْنِى الْمَوْتَ
.
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu  ‘anhu meriwayatkan: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:  “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan”, yaitu kematian”.                                                                (HR.  Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Tirmidzi.)
2. Maut  kapan saja bisa menghampiri dan tidak akan pernah keliru dalam  hitungannya, maka jauhilah perbuatan dosa dari kesyirikan, bid’ah dan  maksiat lainnya .
{وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ}
Artinya: “Tiap-tiap umat mempunyai batas  waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat  mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya”.  (QS. Al A’raf: 34.)
{ وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا } [ المنافقون : 11 ]
Artinya: “Dan Allah sekali-kali tidak  akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya.  Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. ( QS. Al Munafiqun:11.)
Berkata Ibnu Utsaimin rahimahullah:
فكر  أيها الإنسان؛ تجد أنك على خطر؛ لأن الموت ليس له أجل معلوم عندنا؛ قد  يخرج الإنسان من بيته ولا يرجع إليه، وقد يكون الإنسان على كرسي مكتبه ولا  يقوم منه، وقد ينام الإنسان على فراشه ولكنه يحمل من فراشه إلى سرير غسله؛  وهذا أمر يستوجب منا أن ننتهز فرصة العمر بالتوبة إلى الله عز وجل، وأن  يكون الإنسان دائما يستشعر بأنه تائب إلى الله وراجع ومنيب حتى يأتيه الأجل  وهو على خير ما يرام.
Artinya: “Renungkanlah wahai manusia, (sebenarnya) kamu akan dapati dirimu dalam bahaya, karena kematian  tidak ada batas waktu yang kita ketahui, terkadang seorang manusia  keluar dari rumahnya dan tidak kembali kepadanya (karena mati),  terkadang manusia duduk di atas kursi kantornya dan tidak bisa bangun  lagi (karena mati), terkadang seorang manusia tidur di atas kasurnya,  akan tetapi dia malah dibawa dari kasurnya ke tempat pemandian mayatnya  (karena mati). Hal ini merupakan sebuah perkara yang mewajibkan kita  untuk menggunakan sebaiknya kesempatan umur, dengan taubat kepada Allah  Azza wa Jalla. Dan sudah sepantasnya manusia selalu merasa dirinya  bertaubat, kembali, menghadap kepada Allah, sehingga datang ajalnya dan  dia dalam sebaik-baiknya keadaan yang diinginkan”. ( Lihat Majmu’ fatawa  wa Rasa-il Ibnu Utsaimin, 8/474.)
3. Maut tidak ada yang  mengetahui kapan datangnya melainkan Allah Ta’ala semata, tetapi dia  pasti mendatangi setiap yang bernyawa, maka jauhilah hal-hal yang tidak  bermanfaat selama hidup.
(  كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ  يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ  فَقَدْ فَازَ وَما الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ ) [ آل  عمران : 185 ] .
Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan  merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan  pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam  surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain  hanyalah kesenangan yang memperdayakan”.    (QS. Ali Imran: 185.)
(  إِنَّ اللَّهَ عِندَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ  وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ  غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ  خَبِيرٌ ) [ لقمان : 34 ] .
Artinya: “Sesungguhnya Allah, hanya pada  sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang  menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada  seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan  diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi  mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha  Mengenal”.     (QS. Lukman: 34.)
4. Siapa yang mati mulai saat itulah kiamatnya, tidak ada lagi waktu untuk beramal.
عَنْ  عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ كَانَ الأَعْرَابُ إِذَا قَدِمُوا عَلَى  رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- سَأَلُوهُ عَنِ السَّاعَةِ مَتَى  السَّاعَةُ فَنَظَرَ إِلَى أَحْدَثِ إِنْسَانٍ مِنْهُمْ فَقَالَ « إِنْ  يَعِشْ هَذَا لَمْ يُدْرِكْهُ الْهَرَمُ قَامَتْ عَلَيْكُمْ سَاعَتُكُمْ ».
Artinya: “Aisyah radhiyallahu ‘anha  berkata: “Orang-orang kampung Arab jika datang menemui Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka bertanya tentang hari kiamat, kapan  datangnya, lalu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam melihat  kepada seorang yang paling muda dari mereka, kemudian beliau bersabda:  “Jika hidup pemuda ini dan tidak mendapati kematian, maka mulai saat  itulah kiamat kalian datang”.          (HR. Muslim.)
المغيرة بن شعبة رضي الله عنه: أيها الناس إنكم تقولون: القيامة، القيامة؛ فإن من مات قامت قيامته.
Al Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu  ‘anhu berkata: “Wahai manusia, sesungguhnya kalian mengucapkan: “Kiamat,  kiamat…maka ketahuilah, siapa yang mati mulai saat itulah dibangkitkan  kiamat dia”. ( Lihat kitab Al Mustadrak ‘Ala majmu’ al Fatawa, 1/88.)
Berkata Ibnu Utsaimin rahimahullah:
وذلك  لأن الإنسان إذا مات؛ دخل في اليوم الآخر، ولهذا يقال: من مات؛ قامت  قيامته؛ فكل ما يكون بعد الموت؛ فإنه من اليوم الآخر. إذًا؛ ما أقرب اليوم  الآخر لنا؛ ليس بيننا وبينه إلا أن يموت الإنسان، ثم يدخل في اليوم الآخر  ليس فيه إلا الجزاء على العمل. ولهذا يجب علينا أن ننتبه لهذه النقطة.
Artinya: “Yang demikian itu, karena  seorang manusia jika mati, maka dia masuk ke dalam hari kiamat, oleh  sebab itulah dikatakan: ‘Siapa yang mati mulailah kiamatnya, setiap apa  yang ada sesudah kematian, maka sesungguhnya hal itu termasuk dari hari  akhir. Jadi, alangkah dekatnya hari kiamat bagi kita, tidak ada jaraknya  antara kita dengannya, melainkan ketika sesesorang mati, kemudian dia  masuk ke kehidupan akhirat, tidak ada di dalamnya kecuali balasan atas  amal perbuatan. Oleh sebab inilah, harus bagi kita untuk memperhatikan  poin penting ini”. ( Lihat Majmu’ fatawa wa Rasa-il Ibnu Utsaimin, 8/474.)
5. Dengan mengingat mati melapangkan dada, menambah ketinggian frekuensi ibadah
عن  أنس بن مالك رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ”  أكثروا ذكر هاذم اللذات : الموت ، فإنه لم يذكره في ضيق من العيش إلا وسعه  عليه ، ولا ذكره في سعة إلا ضيقها ” .
Artinya: “Anas bin Malik radhiyallahu  ‘anhu berkata: ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:  “Perbanyaklah mengingat pemutuskan kelezatan, yaitu kematian, karena  sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya ketika dalam keadaan  kesempitan hidup, melainkan dia akan melapangkannya, dan tidaklah  seseorang mengingatnya ketika dalam keadaan lapang, melainkan dia akan  menyempitkannya”. (HR. Ibnu HIbban dan dishahihkan di dalam kitab Shahih  Al Jami’.)
Berkata Ad Daqqaq rahimahullah:
”  من أكثر ذكر الموت أكرم بثلاثة : تعجيل التوبة ، وقناعة القلب ، ونشاط  العبادة ، ومن نسى الموت عوجل بثلاثة : تسويف التوبة ، وترك الرضا بالكفاف،  والتكاسل في العبادة ” . تذكرة القرطبي : ص 9 .
Artinya: “Barangsiapa yang banyak  mengingat kematian maka dimuliakan dengan tiga hal: “Bersegera taubat,  puas hati dan semangat ibadah, dan barangsiapa yang lupa kematian  diberikan hukuman dengan tiga hal; mengundur taubat, tidak ridha dengan  keadaan dan malas ibadah”. (Lihat kitab At Tadzkirah fi Ahwal Al Mauta wa  Umur Al Akhirah, karya Al Qurthuby.)
6. Dengan mengingat mati seseorang akan menjadi mukmin yang cerdas berakal, mari perhatikan riwayat berikut:
عَنِ  ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما أَنَّهُ قَالَ : كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ  -صلى الله عليه وسلم- فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى  النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ قَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ  الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : « أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا ». قَالَ فَأَىُّ  الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : « أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا  وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ ».
Artinya: “Abdullah bin Umar radhiyallahu  ‘anhuma bercerita: “Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi  wasallam, lalu datang seorang lelaki dari kaum Anshar mengucapkan salam  kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bertanya: “Wahai  Rasulullah, orang beriman manakah yang paling terbaik?”, beliau  menjawab: “Yang paling baik akhlaknya”, orang ini bertanya lagi: “Lalu  orang beriman manakah yang paling berakal (cerdas)?”, beliau menjawab:  “Yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik persiapannya  setelah kematian, merekalah yang berakal”. (HR. Ibnu Majah dan  dishahihkan di dalam kitab Shahih Ibnu Majah.)
7. Hari ini yang ada hanya beramal tidak hitungan, besok sebaliknya.
Ali Bin Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata:
ارْتَحَلَتِ  الدُّنْيَا مُدْبِرَةً ، وَارْتَحَلَتِ الآخِرَةُ مُقْبِلَةً ، وَلِكُلِّ  وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ ، فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الآخِرَةِ ، وَلاَ  تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا ، فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلاَ  حِسَابَ ، وَغَدًا حِسَابٌ وَلاَ عَمَلَ .
Artinya: “Dunia sudah pergi  meninggalkan, dan akhirat datang menghampiri, dan setiap dari keduanya  ada pengekornya, maka jadilah kalian dari orang-orang yang mendambakan  kehidupan akhirat dan jangan kalian menjadi orang-orang yang mendambakan  dunia, karena sesungguhnya hari ini (di dunia) yang ada hanya amal  perbuatan dan tidak ada hitungan dan besok (di akhirat) yang ada hanya  hitungan tidak ada amal”. (Lihat kitab Shahih Bukhari.)
Ditulis oleh seorang yang mendambakan husnul khatimah: Ahmad Zainuddin
 Selasa 4 Sya’ban 1432H, Dammam KSA
 Artikel www.Salafiyunpad.wordpress.com

 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar