Oleh Al-Ustadz Yudiansyah (Alumni Daarul Hadits, Ma’rib, Yaman)
Muroja’ah oleh Ustadz Abu ‘Isa Abdullah bin Salam
Ikhwani fillah…
Seorang Muslim dalam mengarungi samudra kehidupannya pastilah akan mendapati berbagai macam rintangan, gangguaan, serta cobaan. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman yang artinya:”Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan hanya dengan mengatakan,”kami telah beriman” sedang mereka tidak diuji?.{Q.S: Al-Ankabut: 2}.
Ketika badai menghadang, maka ketika itu pula seseorang butuh kepada perangkat-perangkat yang bisa melindungi dirinya sehingga selamat sampai tujuan. Demikian pula seorang Muslim yang sedang dilanda oleh cobaan, maka sesuatu yang paling dia butuhkan ketika itu adalah nasihat.
Betapa indah dan berharganya arti sebuah nasihat, dengan sebab nasihat seseorang bisa bangun dari tidur panjangnya, nasihat bisa menjadikan seseorang mengerti akan hakikat kehidupannya di dunia yang fana ini, dengannya pula seorang Musyrik (pelaku syirik) akan menjadi seorang yang bertauhid kepada Allah, seorang yang benci terhadap Sunnah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam akan menjadi seorang yang Sunniy (pengikut sunnah), dan mereka yang bergelimang dalam kemaksiatanpun akan kembali kepada jalan Allah.
Di manakah Nasehat Itu?
Saudaraku…Ketauhilah! Bahwasannya agama Islam itu adalah nasehat. Nabi Shallallahu ’alaihi Wasallam bersabda yang artinya: ”Agama itu adalah nasehat”. (H.R. Muslim dari hadits Tamim bin Aus –semoga Allah meridhoinya-). Maka barang siapa yang merindukan nasehat, hendaklah dia kembali ke ajaran Islam yang murni yang dibawa oleh nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wasallam dan diajarkan kepada para Sahabatnya –semoga Allah meridhoi mereka semua-.
Islam adalah agama yang hanif (lurus), dan satu-satunya agama yang diridhoi oleh Allah. Allah berfirman yang artinya: ”Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam…” (Q.S. Ali-Imran: 19). Juga dalam surat Ali-Imran: 85 Allah berfirman: ”Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.
Tidak ada satu kebaikanpun melainkan Islam telah mengajarkannya dan tidak ada satupun keburukan melainkan islam telah melarangnya. Allah menjelaskan bahwa Islam ini sempurna, dalam surat Al-Maidah ayat: 3 Allah berfirman yang artinya: ”Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”.
Dengan demikan, hendaklah seseorang itu mencukupkan diri dengan Islam. Mencukupkan diri dengan Al-Qur’an yang merupakan sumber utama dalam ajaran Islam dan merupakan sebesar-besarnya nasehat bagi umat. Allah berfirman yang artinya:” Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (Q.S. Yunus: 57).
Ya benar! Al-Qur’an adalah sebesar-besarnya nasehat untuk kita. Karena di dalamnya terkandung pemberian motivasi dan ancaman, disebutkan tentang surga dan neraka, juga kisah-kisah orang yang bertaqwa dan orang-orang yang durhaka, di dalamnya juga terdapat perintah dan larangan Allah yang banyak sekali.
Akan tetapi, ingatlah wahai saudaraku! Al-Qur’an ini akan bisa dirasakan manfaatnya bagi mereka yang memiliki hati yang bersih atau menggunakan pendengarannya sedang mereka menyaksikannya, Allah berfirman yang artinya:” Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya”. (Q.S. Qaaf: 37).
Dengan Al-Qur’an ini pula keimanan seseorang akan bertambah. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman yang artinya: ”Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: ‘Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turannya) surat ini?’ Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira”. (Q.S. At-taubah: 124).
Adapun orang yang hatinya keras –kita berlindung kepada Allah dari hati yang keras- maka Allah menjelaskan tentang mereka dalam surat At-taubah: 125, yang artinya: ”Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir”.
Maka, hendaklah seorang Muslim menjadikan Islam ini sebagai nasihat. Ambilah pelajaran dari Al-Qur’an, As-Sunnah dan perkataan para pendahulu kita yang shaleh dari kalangan para Sahabat –semoga Allah meridhoi mereka semua-, para Tabi’in, Tabi’ut-Tabi’in, para Imam dan Ulama, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.
Agama Islam ini telah sempurna didakwahkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam kepada umatnya. Perjuangan dakwah beliau ini dilanjutkan oleh para Sahabatnya yang merupakan murid-murid Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, dan terus diperjuangkan oleh generasi setelahnya yaitu para Tabi’in dan begitu seterusnya.
Merekalah yang paling paham –setelah Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam- terhadap agamanya, ilmu mereka terhadap syari’at Islam ini sangatlah luas dan amat mendalam. Sehingga, mereka mendapatkan gelar “Radhiyallahu ’anhum warodhu’anhu”, Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya.
Tentunya, merupakan kewajiban bagi kita semua untuk meniti jalan mereka baik dalam perkara ‘aqidah, mu’amalah, dan dalam setiap aspek kehidupan beragama kita. Bahkan, Allah Subhanahu wata’ala memberikan ancaman bagi mereka yang menyelisihi jalan para Sahabat. Allah berfirman yang artinya: ”Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali”. (Q.S. An-Nisaa: 115).
Orang-orang Mukmin pada ayat di atas adalah para Sahabat Nabi, sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala yang artinya: ”Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): ‘Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya’, dan mereka mengatakan: ‘Kami dengar dan kami taat.’ (Mereka berdoa): ‘Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali’”.
Allah juga berfirman dalam surat Al-An’am: 153 yang artinya: ”Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa”. Berkata Mujahid (seorang tabi’in): Shirot (jalan) ini adalah jalan yang ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam dan para Sahabatnya.
Inilah agama Islam yang dibawa oleh nabi kita Muhammad Shallallahu ’alaihi wasallam. Agama yang indah, sempurna, sesuai dengan fitrah manusia. Islam sebagaimana namanya akan membawa keselamatan bagi para pemeluknya dunia dan akhiratnya. Di dunia selamat dari fitnah syahwat dan syubhat (kerancuan dalam beragama) dan di akhirat akan selamat dari adzab api neraka.
Marilah kita mengajak diri kita, keluarga, sanak saudara, handai taulan, dan manusia secara umum untuk kembali kepada ajaran Islam yang benar. Demi Allah, kemuliaan seseorang itu tidaklah terletak pada hartanya, keturunannya, dan tidak pula pada pangkat dan kedudukannya, akan tetapi kemuliaan seseorang terletak pada agamanya. Maka, janganlah seseorang itu meninggalkan ketaqwaan kepada Allah karena mengandalkan nasab (keturunan).
Sesungguhnya Islam telah mengangkat derajat Salman Al-Farisiy yang berasal dari keluarga Majusi (agama penyembah api) disebabkan karena keimanannya, dan Islam telah menghinakan Abu Lahab yang berasal dari keluarga terpandang (suku Quraisy) disebabkan perbuatan syiriknya. Semoga Shalawat dan Salam senantiasa terlimpah atas Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Wallahu waliyyuttaufiq.
http://salafiyunpad.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar